Berikut adalah penciptaan alam semesta dari sudut pandang Islam yang dikemukakan oleh Moedji
Raharto kepala observatorium Boscha, Lembang, Bandung Guru Besar pada Jurusan Astronomi
ITB
Alam semesta
adalah fana. Ada penciptaan, proses dari ketiadaan menjadi ada, dan akhirnya
hancur. Di antaranya ada penciptaan manusia dan makhluk hidup lainnya. Di sana
berlangsung pula ribuan, bahkan jutaan proses fisika, kimia, biologi dan
proses-proses lain yang tak diketahui.
Dalam buku Penciptaan
Alam Raya karya Harun Yahya ini penulis memperkokoh keyakinan akan
terintegrasinya pemahaman Islam dan pemahaman manusia (ilmuwan) tentang asal
muasal alam semesta. Adapun pertemuan pemahaman ayat Al Quran dan sains
astronomi adalah bahwa alam semesta ini berawal dan berakhir; dan Al Quran
lebih jauh memberi petunjuk bahwa alam semesta mempunyai Dzat Pencipta (Rabbul
alamin). Fenomena ini diharapkan menjadi pembuka jalan dan pemicu integrasi
Islam dalam kehidupan manusia.
Seperti
buku-buku Harun Yahya lainnya, penulis mengungkapkan renik-renik kehebatan,
kemegahan, keindahan, keserasian, dan kecanggihan sebuah sistem di alam
semesta, dan mengakhiri dengan pertanyaan: Apakah sistem yang demikian serasi
terjadi dengan sendirinya, tanpa Yang Maha Perencana dan Yang Maha Pencipta?
Eksplorasi semacam ini menggugah kecerdasan spiritual manusia, mendekatkan
seorang muslim dengan khalik-Nya.
Mari kita berbincang sedikit
mengenai alam semesta ini.
Bumi dan Planet-Planet Lainnya
Dimulai dari
planet Bumi: sebuah wahana yang ditumpangi oleh bermiliar manusia. Kecerdasan
spiritual manusialah yang akan memberi makna perjalanan di alam semesta ini;
perjalanan antargenerasi selama bermiliar tahun tanpa tujuan akhir yang diketahui
pasti, yang gratis dan tak berujung, hingga waktu kehancurannya tiba.
Namun Bumi
masih terlalu kecil dibandingkan Matahari, sebuah bola gas pijar raksasa, lebih
dari 1.250.000 kali ukuran Bumi dan bermassa 100.000 kali lebih besar. Bumi
yang tak berdaya, tertambat oleh gravitasi, terseret Matahari mengelilingi
pusat Galaksi lebih dari 200 juta tahun untuk sekali edar penuh. (Lalu apa
rencana secercah kehidupan kita dalam pengembaraan panjang ini? Sangat sayang
bila kita tidak sempat melihat kosmos hari ini. Sangat sayang kita tidak
berencana sujud dan berserah kepada Tuhan Yang Mahakuasa.)
Pengiring
Matahari lainnya adalah planet Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus,
Uranus, Neptunus, Pluto, asteroid, komet dan sebagainya. Ragam wahana dalam
tata surya itu berupa sosok bola gas, bola beku, karang tandus yang sangat
panas; semuanya tak terpilih seperti planet Bumi. (Lalu, mengapa wahana yang
tersebar di alam semesta yang sangat luas itu tak semuanya mudah atau layak
dihuni oleh kehidupan?)
Putaran demi
putaran waktu berlalu, kehancuran wahana bermiliar manusia akan menghampiri
perlahan tapi pasti. Namun, berbagai pertanyaan manusia tentang misteri alam
semesta masih belum atau tak berjawab. Berbagai upaya rasionalitas manusia
telah dikerahkan dan pengetahuan bertambah, namun misteri alam semesta itu
terus menjadi warisan bagi generasi berikutnya.
Penjelajahan
akal manusia mendapatkan fakta-fakta penyusun alam semesta, mulai dari dunia
atom, planet, tata surya, hingga galaksi dan ruang alam semesta yang berbatas
galaksi-galaksi muda. Dengan itu, pengetahuan manusia merentang dalam dimensi
panjang 10-13 hingga 1026 meter, yang merupakan batas
fakta-fakta yang dapat diperoleh dalam dunia sains. Pada abad ke-21 manusia
masih berambisi untuk menyelami dunia 10-35 meter (skala panjang
Planck) atau 10-20 kali lebih kecil dari penemuan skala atom pada
dekade pertama abad ke-20. Begitu pula dimensi lainnya seperti waktu, energi,
massa, rentangnya meluas dari yang lebih kecil dan lebih besar.
Tentang
rentang waktu alam semesta, manusia mendefinisikan berbagai zaman (dan zaman
transisi di antaranya): Zaman Primordial, ketika usia alam semesta antara 10-50
hingga 105 tahun, Zaman Bintang, (106 - 1014
tahun), Zaman Materi Terdegenerasi, (1015 - 1039 tahun),
Zaman Black Hole, (1040 - 10100 tahun), Zaman Gelap
ketika alam semesta menghampiri kehancurannya dan Zaman Kehancuran Alam
Semesta, ketika materi meluruh. Tanpa fakta-fakta dan ilmu yang diketahui
manusia (atas izin Allah), akhirnya manusia hanya bisa berspekulasi dan tak
bisa mendefenisikan berbagai keadaan, misalnya sebelum kelahiran alam semesta
dan setelah kehancuran.
Penjelajahan
akal manusia bisa menggapai penaksiran hal-hal berikut: jumlah partikel (di
Matahari 1060 atau di Bumi 1050), energi ikat (antara
Bumi dan Matahari sebesar 1033 Joule), energi radiasi matahari
sebesar 1026 watt, energi Matahari yang diterima Bumi sebesar 1022
Joule, energi yang diperlukan manusia per tahun sebesar 1020 Joule,
energi penggabungan inti atom, fissi 1 mol Uranium sebesar 1013
Joule, energi yang dihasilkan 1 kg bensin sebesar 108 Joule. Sebuah anugerah
yang besar bagi manusia, walaupun melalui proses yang panjang.
Deskripsi dan Model Alam Semesta
Kesan umum
luas dan megahnya alam semesta diperoleh penghuni Bumi dengan memandang langit
malam yang cerah tanpa cahaya Bulan. Langit tampak penuh taburan bintang yang
seolah tak terhitung jumlahnya. Struktur dan luas alam semesta sangat sukar
dibayangkan manusia, dan progres persepsi dan rasionalitas manusia tentang itu
memerlukan waktu berabad-abad.
Deskripsi
pemandangan alam semesta pun beragam. Dulu alam se-mesta dimodelkan sebagai
ruang berukuran jauh lebih kecil dari realitas seharusnya. Ukuran diameter Bumi
(12.500 km) baru diketahui pada abad ke- 3 (oleh Eratosthenes), jarak ke Bulan
(384.400 km) abad ke-16 ( Tycho Brahe, 1588), jarak ke Matahari (sekitar 150
juta km) abad ke-17 (Cassini, 1672), jarak bintang 61 Cygni abad ke-19 , jarak
ke pusat Galaksi abad ke-20 (Shapley, 1918), jarak ke galaksi-luar (1929),
Quasar dan Big Bang (1965). Perjalanan panjang ini terus berlanjut
antargenerasi.
Benda langit
yang terdekat dengan bumi adalah bulan. Gaya gravitasi bulan menggerakkan
pasang surut air laut di bumi, tak henti-hentinya selama bermiliar tahun.
Karena periode orbit dan rotasi Bulan sama, manusia di Bumi tak pernah bisa
melihat salah satu sisi permukaan Bulan tanpa bantuan teknologi untuk mengorbit
Bulan. Rahasia sisi Bulan lainnya, baru didapat dengan penerbangan Luna 3 pada
tahun 1959.
Pada siang
hari, pemandangan langit sebatas langit biru dan matahari atau bulan kesiangan;
sedang di saat fajar dan senja, langit merah di kaki langit timur dan barat.
Interaksi cahaya matahari dengan angkasa Bumi melukiskan suasana langit yang
berwarna warni.
Matahari
sendiri adalah satu di antara beragam bintang di Galaksi. Ada bintang yang
lebih panas dari Matahari (suhu permukaan Matahari 5.800o K),
seperti bintang panas (bisa mencapai 50.000oK) yang memancarkan
lebih banyak cahaya ultraviolet- cahaya yang berbahaya bagi kehidupan. Ada
bintang yang lebih dingin, lebih banyak memancarkan cahaya merah dan inframerah
dibandingkan cahaya tampak yang banyak dipergunakan manusia.
Manusia bisa
mencapai batas-batas pengetahuan alam semesta yang luas, mengenal ciptaan Allah
yang tidak pernah dikenali di muka bumi seperti Black Hole, bintang
Netron, Pulsar, bintang mati, ledakan bintang Nova atau Supernova, ledakan inti
galaksi dan sebagainya. Akan tetapi, berbagai fenomena yang sangat dahsyat itu
tak mungkin didekatkan dengan mahluk hidup yang rentan terhadap kerusakan.
Walau demikian, ada jalan bagi yang ingin bersungguh-sungguh menekuninya.
Dengan Sains Menangkap Realitas Alam Semesta
Pemahaman
manusia tentang alam semesta mempergunakan seluruh pengetahuan di bumi,
berbagai prinsip-prinsip, kepercayaan umum dalam sains (seperti ketidakpastian
Heisenberg tentang pengukuran simultan dimensi ruang dan waktu), serta berbagai
aturan untuk keperluan praktis. Melalui sebuah kerangka besar gagasan yang
menghubungkan berbagai fenomena (teori relativitas umum, teori kinetik materi,
teori relativitas khusus) coba dikemukakan satu penjelasan. Berbagai hipotesa,
gagasan awal atau tentatif dikemukakan untuk menjelaskan fenomena. Tentu
gagasan tersebut masih perlu diuji kebenarannya untuk dapat dikatakan sebuah
hukum.
Dunia fisika
membahas konsep energi, hukum konservasi, konsep gerak gelombang, dan konsep
medan. Pembahasan Mekanika pun sangat luas, dari Mekanika klasik ke Mekanika
Kuantum Relativistik. Mekanika Kuantum Relativistik mengakomodasi pemecahan persoalan
mekanika semua benda, Mekanika kuantum melayani persoalan mekanika untuk semua
massa yang kecepatannya kurang dari kecepatan cahaya. Mekanika Relativistik
memecahkan persoalan mekanika massa yang lebih besar dari 10-27 kg
dan bagi semua kecepatan. Mekanika Newton (disebut juga mekanika klasik)
menjelaskan fenomena benda yang relatif besar, dengan kecepatan relatif rendah,
tapi juga bisa dipergunakan sebagai pendekatan fenomena benda mikroskopik.
Mekanika
statistik (kuantum klasik) adalah suatu teknik statistik untuk interaksi benda
dalam jumlah besar untuk menjelaskan fenomena yang besar, teori kinetik dan
termodinamik. Dalam penjelajahan akal manusia di dunia elektromagnet dikenal
persamaan Maxwell untuk mendeskripsikan kelakuan medan elektromagnet, juga
teori tentang hubungan cahaya dan elektromagnet. Dalam pembahasan interaksi
partikel, ada prinsip larangan Pauli, interaksi gravitasi, dan interaksi
elektromagnet. Medan menyebabkan gaya; medan-gravitasi menyebabkan gaya
gravitasi, medan-listrik menyebabkan gaya listrik dan sebagainya. Demikianlah,
metode sains mencoba dengan lebih cermat menerangkan realitas alam semesta yang
berisi banyak sekali benda langit (dan lebih banyak lagi yang belum ditemukan).
Pengetahuan
tentang luas alam semesta dibatasi oleh keberadaan objek berdaya besar, seperti
Quasar atau inti galaksi, sebagai penuntun tepi alam semesta yang bisa diamati;
selain itu juga dibatasi oleh kecepatan cahaya dan usia alam semesta (15 miliar
tahun). Itulah sebabnya ruang alam semesta yang pernah diamati manusia
berdimensi 15-20 miliar tahun cahaya. Namun, banyak benda langit yang tak
memancarkan cahaya dan tak bisa dideteksi keberadaannya, protoplanet misalnya.
Menurut taksiran, sekitar 90% objek di alam semesta belum atau tak akan terdeteksi
secara langsung. Keberadaannya objek gelap ini diyakini karena secara dinamika
mengganggu orbit objek-objek yang teramati, lewat gravitasi.
Berbicara
tentang daya objek, dalam kehidupan sehari-hari ada lampu penerangan berdaya 10
watt, 75 watt dan sebagainya; sedangkan Matahari berdaya 1026 watt
dan berjarak satu sa* dari Bumi, menghangatinya. Jika kita lihat, lampu-lampu
kota dengan daya lebih besarlah yang tampak terang. Menurut hukum cahaya,
terang lampu akan melemah sebanding dengan jarak kuadrat, jadi sebuah lampu
pada jarak 1 meter tampak 4 kali lebih terang dibandingkan pada jarak 2 meter,
dan apabila dilihat pada jarak 5 meter tampak 25 kali lebih redup.
Maka,
kemampuan mata manusia mengamati bintang lemah terbatas. Ukuran kolektor cahaya
juga akan membatasi skala terang objek yang bisa diamati. Untuk pengamatan
objek langit yang lebih lemah dipergunakan kolektor atau teleskop yang lebih
besar. Teleskop yang besar pun mempunyai keterbatasan dalam mengamati obyek
langit yang lemah, walaupun berhasil mendeteksi obyek langit yang berjuta atau
bermiliar kali lebih lemah dari bintang terlemah yang bisa dideteksi manusia.
Pertanyaan lain muncul: Apakah semua objek langit bisa diamati melalui
teleskop? Berapa banyak yang mungkin diamati dan dihadirkan sebagai
pengetahuan?
Makin jauh
jarak galaksi, berarti pengamatan kita juga merupakan pengamatan masa silam
galaksi tersebut. Cahaya merupakan fosil informasi pembentukan alam semesta
yang berguna, dan manusia berupaya menangkapnya untuk mengetahui prosesnya
hingga takdir di masa depan yang sangat jauh, yang akan dilalui melalui
hukum-hukum alam ciptaan-Nya. Pengetahuan kita tentang hal tersebut sangat
bergantung pada pengetahuan kita tentang hukum alam ciptaan-Nya; sudah lengkap
dan sudah sempurnakah, ataukah baru sebagian kecil, sehingga mungkin bisa
membentuk ekstrapolasi persepsi yang salah?
Sampai di
batas mana manusia bisa membayangkan dan menjangkaunya? Bagaimana kondisi awal,
bagaimana kondisi sebelumnya, bagaimana kondisi 5 miliar tahun ke depan,
bagaimana kondisi 50 miliar tahun ke depan dan seterusnya? Apakah pengetahuan
agama akan memberi jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut? Alam semesta yang
megah akan runtuh, akan hancur, tapi entah bagaimana prosesnya, dan ada apa
setelah kehancuran itu? Kita kembali kepada Allah untuk mencari jawaban-Nya,
karena Dia adalah zat Maha Mengetahui atas segala ciptaan-Nya, dan manusia
hanya diberi pengetahuan-Nya sedikit.
Khatimah
Begitulah,
melalui sains manusia mencoba dideskripsikan apa dan bagaimana proses fenomena
alam bisa terjadi dalam konteks eksperimen dan pengamatan, dengan parameter
yang bisa diamati dan diukur. Agama memperluas spektrum makna alam semesta bagi
manusia tentang kehadiran benda-benda alam semesta, kehidupan dan manusia.
Jawaban singkat tentang pertanyaan Siapa pencipta alam semesta beserta
hukum-hukum alamnya: Allah adalah zat yang Maha Pencipta. Agama memperluas
pengetahuan yang dicakup oleh metodologi sains dan rasionalitas manusia seperti
berkenalan dengan alam gaib, akhirat dan sebagainya. Namun begitu, rupanya
berbagai pertanyaan manusia tentang misteri alam semesta di sekitar planet Bumi
masih banyak yang belum terjawab atau mungkin tak berjawab hingga kehancuran
Bumi.
Wallahu
a'lam bishawwab
BAB I
KERUNTUHAN ILMIAH METERIALISME
Materialisme
tidak dapat lagi dinyatakan sebagai filsafat ilmiah.
Arthur Koestler, Filsuf Sosial terkenal1
Bagaimanakah alam semesta tak berbatas tempat kita
tinggal ini terbentuk? Bagaimanakah keseimbangan, keselarasan, dan keteraturan
jagat raya ini berkembang? Bagaimanakah bumi ini menjadi tempat tinggal yang
tepat dan terlindung bagi kita?
Aneka
pertanyaan seperti ini telah menarik perhatian sejak ras manusia bermula. Para
ilmuwan dan filsuf yang mencari jawaban dengan kecerdasan dan akal sehat mereka
sampai pada kesimpulan bahwa rancangan dan keteraturan alam semesta merupakan
bukti keberadaan Pencipta Mahatinggi yang menguasai seluruh jagat raya.
Ini adalah
kebenaran tak terbantahkan yang dapat kita capai dengan menggunakan kecerdasan
kita. Allah mengungkapkan kenyataan ini dalam kitab suci-Nya, Al Quran, yang
telah diwahyukan empat belas abad yang lalu sebagai penerang jalan bagi
kemanusiaan. Allah menyatakan bahwa Dia telah menciptakan alam semesta dari
ketiadaan, untuk suatu tujuan khusus, serta dilengkapi dengan semua sistem dan
keseimbangannya yang dirancang khusus untuk kehidupan manusia.
Allah
mengajak manusia untuk mempertimbangkan kebenaran ini dalam ayat berikut:
"Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya
ataukah langit? Allah telah membangunnya. Dia meninggikan bangunannya lalu
menyempurnakannya. Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan
siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya." (QS.
An-Naazi'aat, 79: 27-30) !
Pada ayat
lain dalam Al Quran dinyatakan pula bahwa manusia harus melihat dan
mempertimbangkan semua sistem dan keseimbangan di alam semesta yang telah
diciptakan Allah untuknya, serta memetik pelajaran dari pengamatannya:
"Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari
dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan
perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya)." (QS. An-Nahl, 16: 12) !
Dalam ayat
Al Quran lainnya , ditunjukkan:
"Dia memasukkan malam ke dalam siang dan
memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, dan
masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian
itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru
(sembah) selain Allah tiada mem-punyai apa-apa walaupun setipis kulit
ari." (QS. Faathir, 35: 13) !
Kebenaran
nyata yang dipaparkan Al Quran juga ditegaskan oleh sejumlah penemu penting
ilmu astronomi modern, Galileo, Kepler, dan Newton. Semua menyadari bahwa
struktur alam semesta, rancangan tata surya, hukum-hukum fisika, dan keadaan
seimbang, semuanya diciptakan Tuhan, dan para ilmuwan itu sampai pada
kesimpulan dari penelitian dan pengamatan mereka sendiri.
Materialisme: Kesalahan Abad ke-19
Realitas
penciptaan yang kita bicarakan telah diabaikan atau diingkari sejak dahulu oleh
sebuah pandangan filosofis tertentu. Pandangan itu disebut
"materialisme". Filsafat ini, yang semula dirumuskan di kalangan
bangsa Yunani kuno, juga telah muncul dari waktu ke waktu dalam budaya lain,
dan dikembangkan pula secara perorangan. Menurut materialisme, hanya materi
yang ada, dan begitulah adanya sepanjang waktu yang tak terbatas. Dari
pendirian itu, diklaim bahwa alam semesta juga "selalu" ada dan tidak
diciptakan.
Sebagai
tambahan bagi klaim mereka; bahwa alam semesta ada dalam waktu yang tidak
terbatas, penganut materialisme juga mengemukakan bahwa tidak ada tujuan atau
sasaran di dalam alam semesta. Mereka menyatakan bahwa semua keseimbangan,
keselarasan, dan keteraturan yang tampak di sekitar kita hanyalah peristiwa
kebetulan. "Peristiwa kebetulan" juga diajukan ketika muncul
pertanyaan tentang bagaimana manusia terjadi. Teori evolusi, dikenal luas
sebagai Darwinisme, adalah aplikasi lain materialisme pada dunia alam.
Baru saja
disebutkan bahwa sebagian pendiri sains modern adalah orang yang beriman, yang
sepakat bahwa alam semesta diciptakan dan diatur oleh Tuhan. Pada abad ke-19,
terjadi perubahan penting dalam sikap dunia ilmiah mengenai masalah ini.
Materialisme dengan sengaja dimasukkan dalam agenda ilmu alam modern oleh
pelbagai kelompok. Karena keadaan politik dan sosial abad ke-19 membentuk basis
kuat bagi materialisme, filsafat tersebut diterima luas dan tersebar ke seluruh
dunia ilmiah.
Akan tetapi,
temuan sains modern secara tak terbantahkan menunjukkan betapa kelirunya
pernyataan materialisme.
Temuan-Temuan
Sains Abad ke-20
Mari kita
tinjau lagi dua pandangan materialisme tentang alam semesta:
1. Alam semesta telah ada sejak waktu yang tak
terbatas, dan karena tidak mempunyai awal atau akhir, alam semesta tidak
diciptakan.
2. Segala sesuatu dalam alam semesta hanyalah hasil
peristiwa kebetulan dan bukan produk rancangan, rencana, atau visi yang
disengaja.
Kedua
pandangan ini dikemukakan dengan berani dan dibela mati-matian oleh materialis
abad ke-19, yang tentu saja tidak punya jalan lain kecuali bergantung kepada
pengetahuan ilmiah zaman mereka yang terbatas dan tidak canggih. Kedua pendapat
itu telah dibantah sepenuhnya dengan penemuan-penemuan sains abad ke-20.
Yang
terkubur pertama kali adalah pendapat bahwa alam semesta sudah ada sejak waktu
yang tak terbatas. Sejak tahun 1920-an, telah muncul bukti tegas bahwa pendapat
ini tidak mungkin benar. Para ilmuwan sekarang merasa pasti bahwa jagat raya
tercipta dari ketiadaan, sebagai hasil suatu ledakan besar yang tak
terbayangkan, yang dikenal sebagai "Dentuman Besar (Big Bang)".
Dengan kata lain, alam semesta terbentuk, atau tepatnya, diciptakan oleh Allah.

Sains modern membuktikan kenyataan penciptaan alam semesta oleh Allah, yang
bertentangan dengan filsafat usang materialis. Newsweek memuat kisah sampul
"Science Finds God" pada edisi 27 Juli, 1989.
|
Abad ke-20
juga menyaksikan kehancuran klaim materialis yang kedua: bahwa segala sesuatu
di jagat raya adalah hasil dari kebetulan dan bukan rancangan. Riset yang
diadakan sejak tahun 1960-an dengan konsisten menunjukkan bahwa semua
keseimbangan fisik alam semesta umumnya dan bumi kita khususnya dirancang
dengan rumit untuk memungkinkan kehidupan. Ketika penelitian ini diperdalam, ditemukan
bahwa setiap hukum fisika, kimia, dan biologi, setiap gaya-gaya fundamental
seperti gravitasi dan elektromagnetik, dan setiap detail struktur atom dan
unsur-unsur alam semesta sudah diatur dengan tepat sehingga manusia dapat
hidup. Ilmuwan masa kini menyebut de-sain luar biasa ini "prinsip
antropis". Prinsip ini menyatakan bahwa setiap detail alam semesta telah
dirancang dengan cermat untuk me-mungkinkan manusia hidup.
Kesimpulannya,
filsafat yang disebut materialisme telah ditolak oleh sains modern. Dari
posisinya sebagai pandangan ilmiah yang dominan pada abad ke-19, materialisme
telah jatuh menjadi cerita fiksi pada abad ke-20.
Bagaimana
tidak? Seperti yang ditunjukkan Allah:
"Dan
Kami tidak menciptakan langit dan bumi, dan apa yang ada atara keduanya tanpa
hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah
orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka." (QS. Shaad, 38:
27) !
Adalah
keliru untuk menganggap alam semesta diciptakan dengan sia-sia. Filsafat yang
benar-benar keliru seperti materialisme dan sistem-sistem yang berdasarkan pada
paham itu telah ditakdirkan untuk gagal sejak awal sekali.
Penciptaan
adalah sebuah fakta. Dalam buku ini kita akan mengkaji bukti kenyataan
tersebut. Kita akan melihat bagaimana materialisme telah runtuh di hadapan
sains modern dan juga menyaksikan betapa menakjubkan dan sempurna alam semesta
dirancang dan diciptakan oleh Allah.
BAB II
PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DARI KETIADAAN
Dalam bentuk standarnya, teori Dentuman Besar (Big
Bang) mengasumsikan bahwa semua bagian jagat raya mulaimengembang secara
serentak. Namun bagaimana semua bagianjagat raya yang berbeda bisa
menyelaraskan awal pengembangan mereka? Siapa yang memberikan perintah?
Andre Linde, Profesor Kosmologi 2
Seabad yang
lalu, penciptaan alam semesta adalah sebuah konsep yang diabaikan para ahli
astronomi. Alasannya adalah penerimaan umum atas gagasan bahwa alam semesta
telah ada sejak waktu tak terbatas. Dalam mengkaji alam semesta, ilmuwan
beranggapan bahwa jagat raya hanyalah akumulasi materi dan tidak mempunyai
awal. Tidak ada momen "penciptaan", yakni momen ketika alam semesta
dan segala isinya muncul.
Gagasan
"keberadaan abadi" ini sesuai dengan pandangan orang Eropa yang
berasal dari filsafat materialisme. Filsafat ini, yang awalnya dikembangkan di
dunia Yunani kuno, menyatakan bahwa materi adalah satu-satunya yang ada di
jagat raya dan jagat raya ada sejak waktu tak terbatas dan akan ada selamanya.
Filsafat ini bertahan dalam bentuk-bentuk berbeda selama zaman Romawi, namun
pada akhir kekaisaran Romawi dan Abad Pertengahan, materialisme mulai mengalami
kemunduran karena pengaruh filsafat gereja Katolik dan Kristen. Setelah
Renaisans, materialisme kembali mendapatkan penerimaan luas di antara pelajar
dan ilmuwan Eropa, sebagian besar karena kesetiaan mereka terhadap filsafat
Yunani kuno.

Filsuf Jerman, Immanuel Kant adalah orang pertama yang mengajukan pernyataan
"alam semesta tanpa batas" pada Zaman Baru. Tetapi penemuan ilmiah
menggugurkan pernyataan Kant.
|
Immanuel
Kantlah yang pada masa Pencerahan Eropa, menyatakan dan mendukung kembali
materialisme. Kant menyatakan bahwa alam semesta ada selamanya dan bahwa setiap
probabilitas, betapapun mustahil, harus dianggap mungkin. Pengikut Kant terus
mempertahankan gagasannya tentang alam semesta tanpa batas beserta
materialisme. Pada awal abad ke-19, gagasan bahwa alam semesta tidak mempunyai
awal -bahwa tidak pernah ada momen ketika jagat raya diciptakan- secara luas
diterima. Pandangan ini dibawa ke abad ke-20 melalui karya-karya materialis
dialektik seperti Karl Marx dan Friedrich Engels.
Pandangan
tentang alam semesta tanpa batas sangat sesuai dengan ateisme. Tidak sulit
melihat alasannya. Untuk meyakini bahwa alam semesta mempunyai permulaan, bisa
berarti bahwa ia diciptakan dan itu berarti, tentu saja, memerlukan pencipta,
yaitu Tuhan. Jauh lebih mudah dan aman untuk menghindari isu ini dengan
mengajukan gagasan bahwa "alam semesta ada selamanya", meskipun tidak
ada dasar ilmiah sekecil apa pun untuk membuat klaim seperti itu. Georges
Politzer, yang mendukung dan mempertahankan gagasan ini dalam buku-bukunya yang
diterbitkan pada awal abad ke-20, adalah pendukung setia Marxisme dan
Materialisme.
Dengan
mempercayai kebenaran model "jagat raya tanpa batas", Politzer
menolak gagasan penciptaan dalam bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie
ketika dia menulis:
Alam semesta bukanlah objek yang diciptakan, jika
memang demikian, maka jagat raya harus diciptakan secara seketika oleh Tuhan
dan muncul dari ketiadaan. Untuk mengakui penciptaan, orang harus mengakui,
sejak awal, keberadaan momen ketika alam semesta tidak ada, dan bahwa sesuatu
muncul dari ketiadaan. Ini pandangan yang tidak bisa diterima sains.3
Politzer
menganggap sains berada di pihaknya dalam pembelaannya terhadap gagasan alam
semesta tanpa batas. Kenyataannya, sains merupakan bukti bahwa jagat raya
sungguh-sungguh mempunyai permulaan. Dan seperti yang dinyatakan Politzer
sendiri, jika ada penciptaan maka harus ada penciptanya.
Pengembangan Alam Semesta dan Penemuan Dentuman Besar

Edwin Hubble menemukan bahwa alam semesta mengembang. Pada akhirnya dia
menemukan bukti "Ledakan Besar", peristiwa besar yang penemuannya
memaksa ilmuwan meninggalkan anggapan alam semesta tanpa batas dan abadi.
|
Tahun
1920-an adalah tahun yang penting dalam perkembangan astronomi modern. Pada
tahun 1922, ahli fisika Rusia, Alexandra Friedman, menghasilkan perhitungan
yang menunjukkan bahwa struktur alam semesta tidaklah statis dan bahwa impuls
kecil pun mungkin cukup untuk menyebabkan struktur keseluruhan mengembang atau
mengerut menurut Teori Relativitas Einstein. George Lemaitre adalah orang
pertama yang menyadari apa arti perhitungan Friedman. Berdasarkan perhitungan
ini, astronomer Belgia, Lemaitre, menyatakan bahwa alam semesta mempunyai
permulaan dan bahwa ia mengembang sebagai akibat dari sesuatu yang telah
memicunya. Dia juga menyatakan bahwa tingkat radiasi (rate of radiation)
dapat digunakan sebagai ukuran akibat (aftermath) dari
"sesuatu" itu.
Pemikiran
teoretis kedua ilmuwan ini tidak menarik banyak per-hatian dan barangkali akan
terabaikan kalau saja tidak ditemukan bukti pengamatan baru yang mengguncangkan
dunia ilmiah pada tahun 1929. Pada tahun itu, astronomer Amerika, Edwin Hubble,
yang bekerja di Observatorium Mount Wilson California, membuat penemuan paling
penting dalam sejarah astronomi. Ketika mengamati sejumlah bintang melalui
teleskop raksasanya, dia menemukan bahwa cahaya bintang-bintang itu bergeser ke
arah ujung merah spektrum, dan bahwa pergeseran itu berkaitan langsung dengan
jarak bintang-bintang dari bumi. Penemuan ini mengguncangkan landasan model
alam semesta yang dipercaya saat itu.
Menurut
aturan fisika yang diketahui, spektrum berkas cahaya yang mendekati titik
observasi cenderung ke arah ungu, sementara spektrum berkas cahaya yang
menjauhi titik observasi cenderung ke arah merah. (Seperti suara peluit kereta
yang semakin samar ketika kereta semakin jauh dari pengamat). Pengamatan Hubble
menunjukkan bahwa menurut hukum ini, benda-benda luar angkasa menjauh dari
kita. Tidak lama kemudian, Hubble membuat penemuan penting lagi;
bintang-bintang tidak hanya menjauh dari bumi; mereka juga menjauhi satu sama
lain. Satu-satunya kesimpulan yang bisa diturunkan dari alam semesta di mana
segala sesuatunya saling menjauh adalah bahwa alam semesta dengan konstan
"mengembang".
Hubble
menemukan bukti pengamatan untuk sesuatu yang telah "diramalkan"
George Lamaitre sebelumnya, dan salah satu pemikir terbesar zaman kita telah
menyadari ini hampir lima belas tahun lebih awal. Pada tahun 1915, Albert
Einstein telah menyimpulkan bahwa alam semesta tidak mungkin statis dengan
perhitungan-perhitungan berdasarkan teori relativitas yang baru ditemukannya
(yang mengantisipasi kesimpulan Friedman dan Lemaitre). Terkejut oleh
temuannya, Einstein menambahkan "konstanta kosmologis" pada
persamaannya agar muncul "jawaban yang benar", karena para ahli
astronomi meyakinkan dia bahwa alam semesta itu statis dan tidak ada cara lain
untuk membuat persa-maannya sesuai dengan model seperti itu. Beberapa tahun
kemudian, Einstein mengakui bahwa konstanta kosmologis ini adalah kesalahan
terbesar dalam karirnya.
Penemuan
Hubble bahwa alam semesta mengembang memunculkan model lain yang tidak
membutuhkan tipuan untuk menghasilkan persamaan sesuai dengan keinginan. Jika
alam semesta semakin besar sejalan dengan waktu, mundur ke masa lalu berarti
alam semesta semakin kecil; dan jika seseorang bisa mundur cukup jauh, segala
sesuatunya akan mengerut dan bertemu pada satu titik. Kesimpulan yang harus
diturunkan dari model ini adalah bahwa pada suatu saat, semua materi di alam
semesta ini terpadatkan dalam massa satu titik yang mempunyai "volume
nol" karena gaya gravitasinya yang sangat besar. Alam semesta kita
muncul dari hasil ledakan massa yang mempunyai volume nol ini. Ledakan ini
mendapat sebutan "Dentuman Besar" dan keberadaannya telah
berulang-ulang ditegaskan dengan bukti pengamatan.
Ada
kebenaran lain yang ditunjukkan Dentuman Besar ini. Untuk mengatakan bahwa
sesuatu mempunyai volume nol adalah sama saja dengan mengatakan sesuatu itu
"tidak ada". Seluruh alam semesta diciptakan dari
"ketidakadaan" ini. Dan lebih jauh, alam semesta mempunyai permulaan,
berlawanan dengan pendapat materialisme, yang mengata-kan bahwa "alam
semesta sudah ada selamanya".
Hipotesis "Keadaan-Stabil"
Teori Dentuman Besar dengan cepat diterima luas oleh dunia ilmiah karena
bukti-bukti yang jelas. Namun, para ahli astronomi yang memihak materialisme
dan setia pada gagasan alam semesta tanpa batas yang dituntut paham ini
menentang Dentuman Besar dalam usaha mereka mempertahankan doktrin fundamental
ideologi mereka. Alasan mereka dijelaskan oleh ahli astronomi Inggris, Arthur
Eddington, yang berkata, "Secara filosofis, pendapat tentang permulaan
yang tiba-tiba dari keteraturan alam sekarang ini bertentangan denganku."4
Ahli
astronomi lain yang menentang teori Dentuman Besar adalah Fred Hoyle. Sekitar
pertengahan abad ke-20 dia mengemukakan sebuah model baru yang disebutnya
"keadaan-stabil", yang tak lebih suatu perpanjangan gagasan abad
ke-19 tentang alam semesta tanpa batas. Dengan menerima bukti-bukti yang tidak
bisa disangkal bahwa jagat raya mengembang, dia berpendapat bahwa alam semesta
tak terbatas, baik dalam dimensi maupun waktu. Menurut model ini, ketika jagat
raya mengembang, materi baru terus-menerus muncul dengan sendirinya dalam
jumlah yang tepat sehingga alam semesta tetap berada dalam
"keadaan-stabil". Dengan satu tujuan jelas mendukung dogma
"materi sudah ada sejak waktu tak terbatas", yang merupakan basis
filsafat materialis, teori ini mutlak bertentangan dengan "teori Dentuman
Besar", yang menyatakan bahwa alam semesta mempunyai permulaan. Pendukung
teori keadaan-stabil Hoyle tetap berkeras menentang Dentuman Besar selama
bertahun-tahun. Namun, sains menyangkal mereka.
Kemenangan Dentuman Besar
Pada tahun 1948,
George Gamov mengembangkan perhitungan George Lemaitre lebih jauh dan
menghasilkan gagasan baru mengenai Dentuman Besar. Jika alam semesta terbentuk
dalam sebuah ledakan besar yang tiba-tiba, maka harus ada sejumlah tertentu
radiasi yang ditinggalkan dari ledakan tersebut. Radiasi ini harus bisa
dideteksi, dan lebih jauh, harus sama di seluruh alam semesta.

Pernyataan Sir Arthur Eddington bahwa "pendapat tentang permulaan yang
tiba-tiba dari keteraturan alam sekarang ini bertentangan denganku," adalah
pengakuan bahwa Ledakan Besar telah menimbulkan keresahan di kalangan
materialis.
|
Dalam dua
dekade, bukti pengamatan dugaan Gamov diperoleh. Pada tahun 1965, dua peneliti
bernama Arno Penzias dan Robert Wilson menemukan sebentuk radiasi yang selama
ini tidak teramati. Disebut "radiasi latar belakang kosmik",
radiasi ini tidak seperti apa pun yang berasal dari seluruh alam semesta karena
luar biasa seragam. Radiasi ini tidak dibatasi, juga tidak mempunyai sumber
tertentu; alih-alih, radiasi ini tersebar merata di seluruh jagat raya. Segera
disadari bahwa radiasi ini adalah gema Dentuman Besar, yang masih menggema
balik sejak momen pertama ledakan besar tersebut. Gamov telah mengamati bahwa
frekuensi radiasi hampir mempunyai nilai yang sama dengan yang telah
diperkirakan oleh para ilmuwan sebelumnya. Penzias dan Wilson dianugerahi
hadiah Nobel untuk penemuan mereka.
Pada tahun
1989, George Smoot dan tim NASA-nya meluncurkan sebuah satelit ke luar angkasa.
Sebuah instrumen sensitif yang disebut "Cosmic Background Emission
Explorer" (COBE) di dalam satelit itu hanya memerlukan delapan menit
untuk mendeteksi dan menegaskan tingkat radiasi yang dilaporkan Penzias dan
Wilson. Hasil ini secara pasti menunjukkan keberadaan bentuk rapat dan panas
sisa dari ledakan yang menghasilkan alam semesta. Kebanyakan ilmuwan mengakui
bahwa COBE telah berhasil menangkap sisa-sisa Dentuman Besar.

Radiasi Latar Belakang Kosmik yang ditemukan oleh Penzias dan Wilson dianggap
sebagai bukti Ledakan Besar yang tak terbantahkan oleh dunia ilmiah.
|
Ada lagi
bukti-bukti yang muncul untuk Dentuman Besar. Salah satunya berhubungan dengan
jumlah relatif hidrogen dan helium di alam semesta. Pengamatan menunjukkan
bahwa campuran kedua unsur ini di alam semesta sesuai dengan perhitungan
teoretis dari apa yang seharusnya tersisa setelah Dentuman Besar. Bukti itu
memberikan tusukan lagi ke jantung teori keadaan-stabil karena jika jagat raya
sudah ada selamanya dan tidak mempunyai permulaan, semua hidrogennya telah
terbakar menjadi helium.
Dihadapkan
pada bukti seperti itu, Dentuman Besar memperoleh persetujuan dunia ilmiah
nyaris sepenuhnya. Dalam sebuah artikel edisi Oktober 1994, Scientific
American menyatakan bahwa model Dentuman Besar adalah satu-satunya yang
dapat menjelaskan pengembangan terus menerus alam semesta dan hasil-hasil
pengamatan lainnya.
Setelah mempertahankan teori Keadaan-Stabil bersama Fred Hoyle, Dennis
Sciama menggambarkan dilema mereka di hadapan bukti Dentuman Besar. Dia berkata
bahwa semula dia mendukung Hoyle, namun setelah bukti mulai menumpuk, dia harus
mengakui bahwa pertempuran telah usai dan bahwa teori keadaan-stabil harus
ditinggalkan.5
Siapa yang Menciptakan Alam Semesta dari Ketiadaan?
Dengan
kemenangan Dentuman Besar, tesis "alam semesta tanpa batas", yang
membentuk basis bagi dogma materialis, dibuang ke tumpukan sampah sejarah.
Namun bagi materialis, muncul pula dua pertanyaan yang tidak mengenakkan: Apa
yang sudah ada sebelum Dentuman Besar? Dan kekuatan apa yang telah menyebabkan
Dentuman Besar sehingga memunculkan alam semesta yang tidak ada sebelumnya?
Materialis
seperti Arthur Eddington menyadari bahwa jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan
ini dapat mengarah pada keberadaan pencipta agung dan itu tidak mereka sukai.
Filsuf ateis, Anthony Flew, mengomentari masalah ini:
Jelas sekali, pengakuan itu baik bagi jiwa. Oleh
karena itu, saya akan mulai dengan mengakui bahwa penganut ateis Stratonis
harus merasa malu dengan konsensus kosmologis dewasa ini. Karena tampaknya para
ahli kosmologi menyediakan bukti ilmiah untuk apa yang dianggap St. Thomas
tidak terbukti secara filosofis; yaitu, bahwa alam semesta mempunyai permulaan.
Selama alam semesta dapat dengan mudah dianggap tidak hanya tanpa akhir, namun
juga tanpa permulaan, akan tetap mudah untuk mendesak bahwa keberadaannya yang
tiba-tiba, dan apa pun yang ditemukan menjadi ciri-cirinya yang paling
mendasar, harus diterima sebagai penjelasan akhir. Meskipun saya mempercayai
bahwa teori itu (alam semesta tanpa batas) masih benar, tentu saja tidak mudah
atau nyaman untuk mempertahankan posisi ini di hadapan kisah Dentuman Besar.6
Banyak
ilmuwan yang tidak mau memaksakan diri menjadi ateis menerima dan mendukung
keberadaan pencipta yang mempunyai kekuatan tak terbatas. Misalnya, ahli astrofisika
Amerika, Hugh Ross, menyatakan Pencipta jagat raya, yang berada di atas segala
dimensi fisik, sebagai:
Secara definisi, waktu adalah dimensi di mana fenomena
sebab-dan-akibat terjadi. Tidak ada waktu, tidak ada sebab dan akibat. Jika
permulaan waktu sama dengan permulaan alam semesta, seperti yang dikatakan
teorema ruang-waktu, maka sebab alam semesta haruslah entitas yang bekerja
dalam dimensi waktu yang sepenuhnya mandiri dan hadir lebih dulu daripada
dimensi waktu kosmos... ini berarti bahwa Pencipta itu transenden, bekerja di
luar batasan-batasan dimensi alam semesta. Ini berarti bahwa Tuhan bukan alam
semesta itu sendiri, dan Tuhan juga tidak berada di dalam alam semesta.7
Penolakan terhadap Penciptaan dan Mengapa Teori-Teori
Itu Bercacat
Sangat jelas
bahwa Dentuman Besar berarti penciptaan alam semesta dari ketiadaan dan ini
pasti bukti keberadaan pencipta yang berkehendak. Mengenai fakta ini, beberapa
ahli astronomi dan fisika materialis telah mencoba mengemukakan penjelasan
alternatif untuk membantah kenyataan ini. Rujukan sudah dibuat dari teori
keadaan-stabil dan ditunjukkan ke mana kaitannya, oleh mereka yang tidak merasa
nyaman dengan pendapat "penciptaan dari ketiadaan" meskipun bukti
berbicara lain, sebagai usaha mempertahankan filsafat mereka.
Ada pula
sejumlah model yang telah dikemukakan oleh materialis yang menerima teori
Dentuman Besar namun mencoba melepaskannya dari gagasan penciptaan. Salah
satunya adalah model alam semesta "berosilasi"; dan yang lainnya
adalah "model alam semesta kuantum". Mari kita kaji teori-teori ini
dan melihat mengapa keduanya tidak berdasar.
Model alam
semesta berosilasi dikemukakan
oleh para ahli astronomi yang tidak menyukai gagasan bahwa Dentuman Besar
adalah permulaan alam semesta. Dalam model ini, dinyatakan bahwa pengembangan
alam semesta sekarang ini pada akhirnya akan membalik pada suatu waktu dan
mulai mengerut. Pengerutan ini akan menyebabkan segala sesuatu runtuh ke dalam satu
titik tunggal yang kemudian akan meledak lagi, memulai pengembangan babak baru.
Proses ini, kata mereka, berulang dalam waktu tak terbatas. Model ini juga
menyatakan bahwa alam semesta sudah mengalami transformasi ini tak terhingga
kali dan akan terus demikian selamanya. Dengan kata lain, alam semesta ada
selamanya namun mengembang dan runtuh pada interval berbeda dengan ledakan
besar menandai setiap siklusnya. Alam semesta tempat kita tinggal merupakan
salah satu alam semesta tanpa batas itu yang sedang melalui siklus yang sama.
Ini tak lebih dari usaha lemah untuk menyelaraskan fakta Dentuman Besar
terhadap pandangan tentang alam semesta tanpa batas. Skenario tersebut tidak
didukung oleh hasil-hasil riset ilmiah selama 15-20 tahun terakhir, yang
menunjukkan bahwa alam semesta yang berosilasi seperti itu tidak mungkin
terjadi. Lebih jauh, hukum-hukum fisika tidak bisa menerangkan mengapa alam
semesta yang mengerut harus meledak lagi setelah runtuh ke dalam satu titik
tunggal: ia harus tetap seperti apa adanya. Hukum-hukum fisika juga tidak bisa
menerangkan mengapa alam semesta yang mengembang harus mulai mengerut lagi.8
Bahkan kalaupun kita menerima bahwa mekanisme yang mem-buat siklus
mengerut-meledak-mengembang ini benar-benar ada, satu hal penting adalah bahwa
siklus ini tidak bisa berlanjut selamanya, seperti anggapan mereka. Perhitungan
untuk model ini menunjukkan bahwa setiap alam semesta akan mentransfer sejumlah
entropi kepada alam semesta berikutnya. Dengan kata lain, jumlah energi berguna
yang tersedia menjadi berkurang setiap kali, dan setiap alam semesta akan
terbuka lebih lambat dan mempunyai diameter lebih besar. Ini akan menyebabkan
alam semesta yang terbentuk pada babak berikutnya menjadi lebih kecil dan
begitulah seterusnya, sampai pada akhirnya menghilang menjadi ketiadaan. Bahkan
jika alam semesta "buka dan tutup" ini dapat terjadi, mereka tidak
bertahan selamanya. Pada satu titik, akan diperlukan "sesuatu" untuk
diciptakan dari "ketiadaan".9
Singkatnya,
model alam semesta "berosilasi" merupakan fantasi tanpa harapan yang
realitas fisiknya tidak mungkin.
"Model
alam semesta kuantum" adalah
usaha lain untuk membersihkan teori Dentuman Besar dari implikasi
penciptaannya. Pendukung model ini mendasarkannya pada observasi fisika kuantum
(subatomik). Dalam fisika kuantum, diamati bahwa partikel-partikel subatomik
muncul dan menghilang secara spontan dalam ruang hampa. Menginterpretasikan
pengamatan ini sebagai "materi dapat muncul pada tingkat kuantum, ini
merupakan sebuah sifat yang berkenaan dengan materi", beberapa ahli fisika
mencoba menjelaskan asal materi dari ketiadaan selama penciptaan alam semesta
sebagai "sifat yang berkenaan dengan materi" dan menyatakannya
sebagai bagian dari hukum-hukum alam. Dalam model ini, alam semesta kita
diinterpretasikan sebagai partikel subatomik di dalam partikel yang lebih
besar.
Akan tetapi,
silogisme ini sama sekali tidak mungkin dan bagai-manapun tidak bisa
menjelaskan bagaimana alam semesta terjadi. William Lane Craig, penulis The Big
Bang: Theism and Atheism, menjelaskan alasannya:
Ruang hampa mekanis kuantum yang menghasilkan partikel
materi adalah jauh dari gagasan umum tentang "ruang hampa" (yang
berarti tidak ada apa-apa). Melainkan, ruang hampa kuantum adalah lautan
partikel yang terus-menerus terbentuk dan menghilang, yang meminjam energi dari
ruang hampa untuk keberadaan mereka yang singkat. Ini bukan
"ketiadaan", sehingga partikel materi tidak muncul dari
"ketiadaan".10
Jadi, dalam
fisika kuantum, materi "tidak ada kalau sebelumnya tidak ada." Yang
terjadi adalah bahwa energi lingkungan tiba-tiba menjadi materi dan tiba-tiba
pula menghilang menjadi energi lagi. Singkatnya, tidak ada kondisi
"keberadaan dari ketiadaan" seperti klaim mereka.
Dalam
fisika, tidak lebih sedikit daripada yang terdapat dalam cabang-cabang ilmu alam
lain, terdapat ilmuwan-ilmuwan ateis yang tidak ragu menyamarkan kebenaran
dengan mengabaikan titik-titik kritis dan detail-detail dalam usaha mereka
mendukung pandangan materialis dan mencapai tujuan mereka. Bagi mereka, jauh
lebih penting mempertahankan materialisme dan ateisme daripada mengungkapkan
fakta-fakta dan kenyataan ilmiah.
Dihadapkan pada realitas yang disebutkan di atas,
kebanyakan ilmuwan membuang model alam semesta kuantum. C.J Isham menjelaskan
bahwa "model ini tidak diterima secara luas karena kesulitan-kesulitan
yang dibawanya." 11 Bahkan
sebagian pencetus gagasan ini, seperti Brout dan Spindel, telah
meninggalkannya.12
Sebuah versi
terbaru yang dipublikasikan lebih luas dari model alam semesta kuantum diajukan
oleh ahli fisika, Stephen Hawking. Dalam bukunya, A Brief History of
Time, Hawking menyatakan bahwa Dentuman Besar tidak harus berarti
keberadaan dari ketiadaan. Alih-alih "tiada waktu" sebelum Dentuman
Besar, Hawking mengajukan konsep "waktu imajiner". Menurut Hawking,
hanya ada selang waktu imajiner 1043 detik sebelum Dentuman Besar terjadi dan
waktu "nyata" terbentuk setelah itu. Harapan Hawking hanyalah untuk
mengabaikan kenyataan "ketiadaan waktu" (timelessness) sebelum
Dentuman Besar dengan gagasan waktu "imajiner" ini.

Stephen Hawking juga mencoba mengajukan penjelasan berbeda untuk Ledakan
Besar selain Penciptaan seperti yang dilakukan ilmuwan materialis lainnya
dengan mengandalkan kontradiksi dan konsep keliru.
|
Sebagai
sebuah konsep, "waktu imajiner" sama saja dengan nol atau se-perti
"tidak ada"nya jumlah imajiner orang dalam ruangan atau jumlah
imajiner mobil di jalan. Di sini Hawking hanya bermain dengan kata-kata. Dia
menyatakan bahwa persamaan itu benar kalau mereka dihubungkan dengan waktu
imajiner, namun kenyataannya ini tidak ada artinya. Ahli matematika, Sir
Herbert Dingle, menyebut kemungkinan memalsukan hal-hal imajiner sebagai hal
nyata dalam matematika sebagai:
Dalam bahasa matematika, kita bisa mengatakan
kebohongan di samping kebenaran, dan dalam cakupan matematika sendiri, tidak
ada cara yang mungkin untuk membedakan satu dengan lainnya. Kita dapat
membedakan keduanya hanya dengan pengalaman atau dengan penalaran di luar
matematika, yang diterapkan pada hubungan yang mungkin antara solusi matematika
dan korelasi fisiknya.13
Singkatnya, solusi imajiner atau teoretis matematika tidak perlu mengandung
konsekuensi benar atau nyata. Menggunakan sifat yang hanya dimiliki matematika,
Hawking menghasilkan hipotesis yang tidak berkaitan dengan kenyataan. Namun apa
alasan yang mendorongnya melakukan ini? Hawking mengakui bahwa dia lebih
menyukai model alam semesta selain dari Dentuman Besar karena yang terakhir ini
"mengisyaratkan penciptaan ilahiah", dan model-model seperti itu dirancang
untuk ditentang.14
Semua ini
menunjukkan bahwa model alternatif dari Dentuman Besar, seperti keadaan-stabil,
model alam semesta berosilasi, dan model alam semesta kuantum, kenyataannya
timbul dari prasangka filosofis materialis. Penemuan-penemuan ilmiah telah
menunjukkan realitas Dentuman Besar dan bahkan dapat menjelaskan
"keberadaan dari ketiadaan". Dan ini merupakan bukti sangat kuat
bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah, satu hal yang mentah-mentah ditolak
materialis.
Sebuah contoh penolakan Dentuman Besar bisa ditemukan dalam esai oleh John
Maddox, editor majalah Nature (majalah materialis), yang muncul pada tahun
1989. Dalam "Down with the Big Bang", Maddox menyatakan
Dentuman Besar tidak dapat diterima secara filosofis karena teori ini
membantu teologis dengan menyediakan dukungan kuat untuk gagasan-gagasan mereka.
Penulis itu juga meramalkan bahwa Dentuman Besar akan runtuh dan bahwa dukungan
untuknya akan menghilang dalam satu dekade.15 Maddox
hanya bisa merasa semakin resah karena penemuan-penemuan selama sepuluh tahun
berikutnya memberikan bukti semakin kuat akan keberadaan Dentuman Besar.
Sebagian
materialis bertindak dengan lebih menggunakan akal sehat mengenai hal ini.
Materialis Inggris, H.P. Lipson menerima kebenaran penciptaan, meskipun
"tidak dengan senang hati", ketika dia berkata:
Jika materi hidup bukan disebabkan oleh interaksi
atom-atom, kekuatan alam, dan radiasi, bagaimana dia muncul?.... Namun saya
pikir, kita ha-rus... mengakui bahwa satu-satunya penjelasan yang bisa
diterima adalah penciptaan. Saya tahu bahwa ini sangat dibenci para ahli
fisika, demikian pula saya, namun kita tidak boleh menolak apa yang tidak kita
sukai jika bukti eksperimental mendukungnya.16
Sebagai
kesimpulan, kebenaran yang terungkap oleh ilmu alam adalah: Materi dan waktu
telah dimunculkan menjadi ada oleh pemilik kekuatan besar yang mandiri, oleh
Pencipta. Allah, Pemilik kekuatan, pengetahuan, dan kecerdasan mutlak, telah
menciptakan alam semesta tempat tinggal kita.
Tanda-Tanda Al Quran
Selain
menjelaskan alam semesta, model Dentuman Besar mempunyai implikasi penting
lain. Seperti yang ditunjukkan dalam kutipan dari Anthony Flew di atas, ilmu
alam telah membuktikan pandangan yang selama ini hanya didukung oleh
sumber-sumber agama.
Kebenaran
yang dipertahankan oleh sumber-sumber agama adalah realitas penciptaan dari
ketiadaan. Ini telah dinyatakan dalam kitab-kitab suci yang telah berfungsi
sebagai penunjuk jalan bagi manusia selama ribuan tahun. Dalam semua kitab suci
seperti Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan Al Quran, dinyatakan bahwa alam
semesta dan segala isinya diciptakan dari ketiadaan oleh Allah.
Dalam
satu-satunya kitab yang diturunkan Allah yang telah bertahan sepenuhnya utuh,
Al Quran, ada pernyataan tentang penciptaan alam semesta dari ketiadaan, di
samping bagaimana kemunculannya sesuai dengan ilmu pengetahuan abad ke-20,
meskipun diungkapkan 14 abad yang lalu.
Pertama,
penciptaan alam semesta dari ketiadaan diungkapkan dalam Al Quran sebagai
berikut:
"Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia
mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala
sesuatu dan Dia mengetahui segala sesuatu." (QS. Al An'aam, 6: 101) !
Aspek
penting lain yang diungkapkan dalam Al Quran empat belas abad sebelum penemuan
modern Dentuman Besar dan temuan-temuan yang berkaitan dengannya adalah bahwa
ketika diciptakan, alam semesta menempati volume yang sangat kecil:
"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu
yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS. Al Anbiyaa',
21: 30) !
Terjemahan
ayat di atas mengandung pemilihan kata yang sangat penting dalam bahasa
aslinya, bahasa Arab. Kata ratk diterjemahkan sebagai "suatu
yang padu" yang berarti "bercampur, bersatu" dalam kamus
bahasa Arab. Kata itu digunakan untuk merujuk dua zat berbeda yang menjadi
satu. Frasa "Kami pisahkan" diterjemahkan dari kata kerja bahasa
Arab, fatk yang mengandung makna bahwa sesuatu terjadi dengan memisahkan
atau menghancurkan struktur ratk. Tumbuhnya biji dari tanah adalah salah
satu tindakan yang menggunakan kata kerja ini.
Mari kita
tinjau lagi ayat tersebut dengan pengetahuan ini di benak kita. Dalam ayat itu,
langit dan bumi pada mulanya berstatus ratk. Mereka dipisahkan (fatk)
dengan satu muncul dari yang lainnya. Menariknya, para ahli kosmologi berbicara
tentang "telur kosmik" yang mengandung semua materi di alam semesta
sebelum Dentuman Besar. De-ngan kata lain, semua langit dan bumi terkandung
dalam telur ini dalam kondisi ratk. Telur kosmik ini meledak dengan
dahsyat menyebabkan materinya menjadi fatk dan dalam proses itu terciptalah
struktur keseluruhan alam semesta.
Kebenaran
lain yang terungkap dalam Al Quran adalah pengembangan jagat raya yang
ditemukan pada akhir tahun 1920-an. Penemuan Hubble tentang pergeseran merah
dalam spektrum cahaya bintang diungkapkan dalam Al Quran sebagai berikut:
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan
(Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (QS.
Adz-Dzaariyat, 51: 47) !
Singkatnya,
temuan-temuan ilmu alam modern mendukung kebenaran yang dinyatakan dalam Al
Quran dan bukan dogma materialis. Materialis boleh saja menyatakan bahwa semua
itu "kebetulan", namun fakta yang jelas adalah bahwa alam semesta
terjadi sebagai hasil penciptaan dari pihak Allah dan satu-satunya pengetahuan
yang benar tentang asal mula alam semesta ditemukan dalam firman Allah yang
diturunkan kepada kita
BAB III
KESEIMBANGAN DALAM LEDAKAN
Energi ledakan alam semesta mengimbangi gaya
gravitasinya dengan ketepatan yang nyaris tak dapat dipercaya.Dentuman Besar
jelasbukanlahsembarang ledakan di masa lalu, namun ledakan dengankekuatan yang
dirancang begitu indah.
Paul Davies, Profesor Fisika Teoretis.17
Dalam bab
pertama, kita mempelajari penciptaan alam semesta dari ketiadaan sebagai hasil
ledakan dahsyat. Mari kita kaji implikasi dari kenyataan ini. Para ilmuwan
memperkirakan di seluruh alam semesta terdapat 300 miliar galaksi.
Galaksi-galaksi ini me-miliki beberapa bentuk berbeda (spiral, elips, dan
lain-lain) dan masing-masing memiliki bintang kira-kira sebanyak jumlah galaksi
di alam semesta. Salah satu bintang ini, Matahari, memiliki sembilan planet
utama yang mengitarinya dalam keserasian yang luar biasa. Seluruh manusia hidup
di planet ketiga dihitung dari matahari.
Perhatikan
sekitar Anda: Apakah yang Anda lihat tampak seperti sebaran materi yang
berserakan tidak karuan? Tentu saja tidak. Namun, bagaimana materi membentuk
galaksi-galaksi yang teratur seandainya materi itu tersebar secara acak?
Mengapa materi berkumpul di satu titik dan membentuk bintang? Bagaimana
keseimbangan yang begitu indah pada tata surya dapat muncul dari ledakan yang
dahsyat? Ini adalah per-tanyaan-pertanyaan penting dan menuntun kita pada
pertanyaan yang sesungguhnya yaitu bagaimana alam semesta tersusun setelah
Dentuman Besar.
Jika
Dentuman Besar benar-benar ledakan yang maha menghancur-kan, maka masuk akal
untuk memperkirakan bahwa materi akan tersebar ke segala penjuru secara acak.
Namun ternyata tidak demikian. Materi hasil Dentuman Besar tersusun menjadi
planet, bintang, galaksi, kluster, dan superkluster. Seolah-olah sebuah bom
meledak dalam lumbung dan menjadikan seluruh gandum terisikan ke dalam karung,
dan tersusun rapi di atas truk, siap untuk dikirimkan, bukannya tersebar
acak-acakan ke seluruh penjuru. Fred Hoyle, penentang setia teori Dentuman
Besar, mengemukakan keterkejutannya sendiri akan keteraturan ini:
Teori Dentuman Besar menyatakan alam semesta dimulai dengan ledakan
tunggal. Namun seperti terlihat pada bagian berikut, sebuah ledakan hanya akan
membuat materi terlontar secara acak, namun Dentuman Besar secara misterius memberikan
hasil berlawanan dengan materi terkumpul dalam bentuk galaksi-galaksi.18
Bahwa materi
yang dihasilkan Dentuman Besar membentuk susunan yang begitu rapi dan teratur
memang suatu hal yang luar biasa. Terbentuknya keserasian yang luar biasa
tersebut menuntun kita kepada kenyataan bahwa alam semesta merupakan ciptaan
sempurna Allah.
Pada bab ini
kita akan mengkaji dan merenungkan kesempurnaan luar biasa ini.
Kecepatan Ledakan
Orang yang
mendengar teori Dentuman Besar namun tidak memi-kirkan masalah ini dengan
saksama, tidak akan menyadari rencana yang luar biasa di balik ledakan
tersebut. Karena bagi kebanyakan orang, ledakan tidak mengimplikasikan
keserasian, rencana, atau keteraturan. Kenyataannya terdapat sejumlah aspek
yang sangat membingungkan pada keteraturan yang rumit dalam Dentuman Besar.
Salah satu
teka-teki berhubungan dengan percepatan yang ditimbulkan oleh ledakan. Ketika
ledakan terjadi, materi pasti mulai bergerak dengan kecepatan luar biasa tinggi
ke segala arah. Namun ada hal lain yang harus diperhatikan dalam hal ini. Pasti
ada gaya tarik yang begitu besar di awal ledakan: gaya tarik yang cukup kuat
untuk mengumpulkan seluruh alam semesta pada satu titik.
Dua kekuatan
berbeda dan saling berlawanan bekerja di sini. Kekuatan dari ledakan,
melontarkan materi ke luar dan men-jauh, serta kekuatan dari gaya tarik,
mencoba menahan kekuatan dari ledakan dan menarik semua materi untuk kembali
menyatu. Alam semesta terbentuk karena dua kekuatan ini dalam keseimbangan.
Jika kekuatan gaya tarik lebih besar daripada kekuatan ledakan, alam semesta
hancur bertubrukan. Jika terjadi sebaliknya, materi akan berpencar ke segala
penjuru dan tidak mungkin menyatu kembali.
Lantas, seberapa
peka keseimbangan ini? Berapa banyak "selisih" yang mungkin ada di
antara dua kekuatan ini?

Paul Davies: "Bukti ini cukup kuat untuk mengakui keberadaan suatu
desain kosmik yang sadar"
|
Ahli fisika
matematis, Paul Davies, Profesor dari Universitas Adelaide di Australia,
melakukan perhitungan panjang terhadap keadaan yang harus ada pada saat
Dentuman Besar terjadi dan meng-hasilkan angka yang hanya dapat digambarkan
sebagai mencengangkan. Menurut Davies, jika laju pengembangan hanya berbeda
lebih dari 10-18 detik saja (satu detik dibagi satu miliar kemudian
dibagi satu miliar lagi), alam semesta tidak akan terbentuk. Davies
menjelaskan kesimpulannya:
Pengukuran yang teliti menempatkan laju pengembangan
sangat dekat pada nilai kritis sehingga alam semesta dapat bebas dari gaya
gravitasi dirinya dan mengembang selamanya. Sedikit lebih lambat maka alam
semesta akan hancur bertubrukan, sedikit lebih cepat maka materi kosmik sudah
menyebar secara acak sejak dulu. Sangat menarik untuk menanya-kan dengan pasti
seberapa rumit laju pengembangan ini telah disesuaikan dengan tepat untuk
berada pada batas tipis dua kehancuran dahsyat. Jika pada waktu I S (pada saat
pola waktu pengembangan telah terbentuk) laju pengembangan berbeda lebih dari
10-18 detik dari semestinya, maka sudah cukup untuk memorak-porandakan
keseimbangan yang rumit tersebut. Energi ledakan alam semesta mengimbangi gaya
gravitasinya dengan ketepatan yang nyaris tak dapat dipercaya. Dentuman
Besar jelas bukanlah sembarang ledakan di masa lalu, namun ledakan dengan
kekuatan yang dirancang begitu indah.19
Bilim ve
Teknik (majalah ilmiah Turki) mengutip sebuah artikel yang muncul dalam majalah
Science. Dalam artikel tersebut, keseimbangan fenomenal yang dicapai dalam fase
awal alam semesta dinyatakan:
Jika kekerapan alam semesta hanya sedikit lebih
tinggi, dalam hal ini, menurut teori relativitas Einstein, alam semesta tidak
akan mengembang akibat gaya-gaya tarik partikel-partikel atom, namun mengerut,
dan pada akhirnya lenyap pada satu titik. Jika kekerapan awal sedikit lebih
kecil, maka alam semesta akan dengan cepat mengembang, namun dalam hal ini,
partikel-partikel atom tidak akan tertarik satu sama lain dan tidak ada bintang
dan tidak ada galaksi akan pernah terbentuk. Akibatnya, manusia tidak akan
pernah muncul! Menurut perhitungan, perbedaan antara kera-patan awal alam
semesta yang sesungguhnya dan kerapatan kritisnya, yang tidak mungkin terjadi,
adalah kurang dari 10-17. Ini sama saja dengan memberdirikan pensil pada
ujung tajamnya bahkan selama miliaran tahun… lebih jauh, ketika alam
semesta mengembang, keseimbangan ini menjadi lebih rumit.20
"Dan langit
itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar
meluaskannya." (QS. Adz-Dzaariyaat, 51: 47)
Bahkan
Stephen Hawking, yang berusaha keras menjelaskan penciptaan alam semesta
sebagai rangkaian kebetulan dalam A Brief History of Time, mengakui
keseimbangan luar biasa dalam laju pengembangan:
Jika laju pengembangan satu detik setelah Dentuman
Besar lebih kecil bahkan dari satu bagian per seratus ribu juta juta, alam
semesta akan hancur sebelum pernah mencapai ukurannya sekarang.21
Lalu, apa
yang diindikasikan keseimbangan yang begitu luar biasa ini? Satu-satunya
jawaban rasional untuk pertanyaan itu adalah bahwa keseimbangan itu merupakan
bukti rancangan sadar dan tidak mungkin ketidaksengajaan. Dr. Davies mengakui
sendiri hal ini, meskipun kecenderungannya tetap mengarah pada materialisme:
Sulit untuk menolak bahwa struktur alam semesta
sekarang ini, yang tampak begitu sensitif terhadap perubahan kecil dalam angka,
telah dipikirkan dengan saksama.... nilai-nilai numerik ajaib yang disuguhkan
alam untuk konstanta-konstanta dasarnya tetap merupakan bukti yang paling kuat
bagi unsur rancangan kosmik.22
Empat Gaya
Kecepatan
Dentuman Besar merupakan salah satu keadaan keseimbangan yang luar biasa pada
momen awal penciptaan. Segera setelah Dentuman Besar, gaya-gaya yang menopang
dan mengatur alam semesta tempat kita tinggal harus "tepat benar" secara
numerik, karena kalau tidak, alam semesta tidak akan terbentuk.
Ada
"empat gaya dasar" yang dikenali fisika modern. Semua struk-tur dan
gerakan dalam alam semesta diatur dengan keempat gaya ini, yang dikenal sebagai
gaya gravitasi, gaya elektromagnetik, gaya nuklir kuat, dan gaya nuklir lemah.
Gaya nuklir kuat dan lemah bekerja hanya pada skala atom. Kedua gaya lainnya
-gaya gravitasi dan gaya elektro-magnetik- mengatur kumpulan atom, dengan kata
lain "materi". Keempat gaya dasar ini langsung bekerja setelah
Dentuman Besar terjadi dan menghasilkan pembentukan atom-atom dan materi.
Perbandingan
keempat gaya yang menunjukkan nilai-nilai mereka saling berbeda. Di bawah ini
keempat gaya tersebut dinyatakan dalam satuan standar internasional:
Gaya
nuklir kuat
|
:15
|
Gaya
nuklir lemah
|
:7,03 x 10-3
|
Gaya
elektromagnetik
|
: 3,05 x
10-12
|
Gaya
gravitasi
|
: 5.90 x
10-39
|
Perhatikan
betapa besar perbedaan kekuatan keempat gaya dasar ini. Selisih antara yang
terkuat (gaya nuklir kuat) dan yang terlemah (gaya gravitasi) adalah sekitar 25
diikuti dengan 38 nol! Mengapa bisa demikian?
Ahli biologi
molekuler, Michael Denton menanggapi pertanyaan ini dalam bukunya, Nature's
Density:

Ahli biologi molekuler, Michael Denton, membahas topik penting dalam bukunya,
Nature's Destiny: How the Laws of Biology Reveal Purpose in the Universe.
Menurut Denton alam semesta diciptakan dan dirancang khusus untuk
memungkinkan kehidupan manusia.
|
Jika, misalnya, gaya gravitasi satu triliun kali lebih
kuat, maka alam semesta akan jauh lebih kecil dan sejarah hidupnya jauh lebih
pendek. Sebuah bintang rata-rata akan mempunyai massa satu triliun lebih kecil
dari matahari dan masa hidup sekitar satu tahun. Di lain pihak, jika gravitasi
kurang kuat, tidak ada bintang atau galaksi yang akan pernah terbentuk.
Hubungan dan nilai-nilai lain tidak kurang kritisnya. Jika gaya nuklir kuat
sedikit lebih lemah saja, satu-satunya unsur yang akan stabil hanya hidrogen.
Tidak ada atom lain yang bisa terbentuk. Jika gaya nuklir kuat tersebut sedikit
lebih kuat dalam kaitannya dengan elektromagnetisme, maka inti atom yang
terdiri dari dua proton menjadi yang paling stabil di alam semesta, yang
berarti tidak akan ada hidrogen, dan jika ada bintang atau galaksi yang
terbentuk, mereka akan sangat berbeda dari bentuknya sekarang. Jelas sekali,
jika semua gaya dan konstanta ini tidak mempunyai nilai tepat demikian, tidak
akan ada bintang, supernova, planet-planet, atom, dan kehidupan.23
Paul Davies
berkomentar tentang bagaimana hukum-hukum fisika menyediakan kondisi ideal
untuk kehidupan manusia:
Kalau saja alam memilih serangkaian angka yang sedikit berbeda, dunia akan
menjadi tempat yang sangat berbeda. Barangkali kita tidak akan ada untuk
melihatnya…. Penemuan baru tentang kosmos primitif mewajibkan kita menerima bahwa
alam semesta yang mengembang telah diatur dalam geraknya dengan suatu
ketelitian yang menakjubkan. 24
Arno
Penzias, yang pertama mendeteksi radiasi latar belakang kosmik bersama Robert
Wilson, (keduanya menerima hadiah Nobel tahun 1965 untuk penemuan ini),
mengomentari rancangan indah alam semesta:
Astronomi mengarahkan kita pada sebuah peristiwa unik, alam semesta yang
diciptakan dari ketiadaan, alam semesta dengan keseimbangan sangat rumit yang
diperlukan untuk menyediakan kondisi tepat bagi kehidupan, dan alam semesta
yang mempunyai rencana dasar (bisa dikatakan "super-nasional").25
Ilmuwan-ilmuwan
yang baru saja dikutip telah menarik kesimpulan penting dari pengamatan mereka.
Mengkaji dan memikirkan keseimbangan luar biasa dan keteraturan yang indah
dalam rancangan alam semesta tak pelak lagi mengarahkan seseorang pada
kebenaran: Di alam semesta, ada rancangan unggul dan keselarasan sempurna.
Tidak diragukan lagi, Pembuat rancangan dan keselarasan ini adalah Allah, yang
telah menciptakan segalanya tanpa cacat. Dalam salah satu ayat-Nya, Allah
menarik perhatian kita pada keteraturan penciptaan alam semesta, yang
direnca-nakan, dan diperhitungkan dalam setiap detail:
"Yang kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi
dan Dia tidak mempunyai anak dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan
(Nya) dan Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan
ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya." (QS. Al Furqan, 25: 2) !
Matematika Probabilitas Meruntuhkan Teori
"Kebetulan"
Penjelasan
sejauh ini menunjukkan keseimbangan luar biasa antara gaya-gaya yang
memungkinkan manusia hidup di alam semesta ini. Kecepatan ledakan Dentuman
Besar, nilai gaya-gaya dasar, dan semua variabel lain yang akan kita bahas
dalam bab-bab selanjutnya, yang kesemuanya vital untuk keberadaan alam semesta,
telah diatur dengan ketepatan luar biasa.
Mari kita
menyimpang sebentar dari pokok bahasan dan mempertimbangkan teori kebetulan
materialisme. Kebetulan adalah sebuah istilah matematika dan peluang terjadinya
sebuah peristiwa dapat dihitung menggunakan matematika probabilitas. Mari kita
lakukan.
Dengan
mempertimbangkan variabel-variabel fisik, bagaimana peluang alam semesta yang
memberi kita kehidupan terbentuk secara kebetulan? Satu dalam miliar miliar?
Atau triliun triliun triliun? Atau lebih?
PROBABILITAS
TERJADINYA ALAM SEMESTA YANG MEMUNGKINKAN KEHIDUPAN TERBENTUK
|
Perhitungan
ahli matematika Inggris, Roger Penrose, menunjukkan bahwa probabilitas bagi
terbentuknya alam semesta yang kondusif untuk kehidupan secara kebetulan
adalah 1 dalam 1010123. Frase "sangat mustahil" tidak
cukup untuk menggambarkan peluang ini.
|
10000000000000000000000000000000
|
|
00000000000000000000000000000000
|
|
00000000000000000000000000000000
|
10
|
00000000000000000000000000000000
|
|
Roger
Penrose, seorang ahli matematika Inggris terkenal dan teman dekat Stephen
Hawking, memikirkan pertanyaan ini dan mencoba memperhitungkan kemungkinannya.
Dengan memasukkan semua variabel yang dianggapnya perlu bagi manusia untuk
muncul dan hidup di planet bumi, dia menghitung probabilitas untuk lingkungan
ini muncul di antara semua hasil yang mungkin dari Dentuman Besar.
Menurut
Penrose, peluang untuk kejadian seperti itu adalah 1 banding 1010123.
Membayangkan
arti angka itu saja sudah sulit. Dalam matematika, nilai 10123
berarti 1 diikuti dengan 123 nol (angka ini jauh lebih besar dari jumlah total
atom yang diyakini ada di seluruh alam semesta, 1078). Namun jawaban
Penrose jauh lebih besar lagi: yaitu 1 diikuti 10123 angka nol.

Roger Penrose: Angka ini
menunjukkan betapa tepatnya maksud Pencipta.
|
Atau
pikirkan ini: 103 berarti 1.000, seribu. 10103 adalah
angka 1 yang diikuti 1.000 nol. Jika ada enam nol, disebut satu juta; jika
sembilan, satu miliar; jika dua belas, satu triliun dan seterusnya. Bahkan
tidak ada nama untuk angka 1 diikuti 10123 nol.
Untuk
praktisnya, dalam matematika, probabilitas 1 dalam 1050 berarti
"probabilitas nol". Angka Penrose lebih besar daripada triliun
triliun triliun kali angka tersebut. Dengan kata lain, angka Penrose menyatakan
bahwa pembentukan alam semesta kita merupakan "kebe-tulan" atau
"ketidaksengajaan" adalah tidak mungkin.
Mengenai
angka yang membingungkan ini, Roger Penrose berko-mentar:
Angka ini menunjukkan betapa tepatnya maksud Pencipta,
yaitu ketelitian satu dalam 1010123. Angka ini sangat luar biasa.
Orang bahkan tidak mungkin menuliskan angka itu dalam bentuk penuhnya: yang
berarti satu diikuti 10123 nol. Bahkan jika kita menuliskan sebuah
nol pada setiap proton dan setiap neutron di seluruh jagat raya -dan kita bisa
menggunakan partikel-partikel lain selebihnya- kita tetap saja kekurangan
tempat untuk menuliskan semua nol yang diperlukan. 26
Angka-angka
yang menentukan rancangan dan rencana keseim-bangan alam semesta memainkan
peranan penting dan melampaui pemahaman manusia. Mereka membuktikan bahwa alam
semesta bukan hasil peristiwa kebetulan, dan menunjukkan "betapa tepatnya
maksud Pencipta" seperti yang dinyatakan Penrose.
Bahkan,
untuk menyadari bahwa alam semesta bukan "hasil peristiwa kebetulan",
seseorang tidak benar-benar membutuhkan perhitungan ini sama sekali. Hanya
dengan melihat sekelilingnya, manusia dapat dengan mudah menangkap fakta
penciptaan bahkan dalam suatu detail terkecil. Bagaimana mungkin alam semesta
seperti ini, sempurna dalam sistemnya, matahari, bumi, manusia, rumah, mobil,
pohon, bunga, serangga, dan segala hal lain di dalamnya, dapat terbentuk karena
atom-atom secara kebetulan bertemu setelah sebuah ledakan? Setiap detail yang
kita lihat menunjukkan bukti keberadaan Allah dan kekuatan Mahabesar-Nya. Hanya
orang yang merenungkannya yang dapat melihat tanda-tanda tersebut.

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
silih bergantinya siang dan malam, bahtera yang berlayar di laut membawa apa
yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air,
lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia
sebarkan di bumi segala jenis hewan dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan
dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan." (QS. Al Baqarah, 2:164) !
Melihat Kebenaran Nyata
Sains abad
ke-20 telah menunjukkan bukti mutlak bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah.
Prinsip antropi yang telah disebutkan sebelumnya mengungkapkan bahwa setiap
detail alam semesta telah dirancang bagi manusia untuk hidup di dalamnya dan
bahwa tidak mungkin itu terjadi secara kebetulan.
Yang menarik
adalah bahwa orang-orang yang menemukan semua ini dan sampai pada kesimpulan
bahwa alam semesta tidak mungkin terbentuk tanpa sengaja adalah orang-orang
yang sama dengan yang mempertahankan filsafat materialisme. Ilmuwan seperti
Paul Davies, Arno Penzias, Fred Hoyle, dan Roger Penrose bukanlah orang-orang
yang taat beragama dan mereka tentu saja tidak bertujuan membuktikan keberadaan
Allah ketika mereka melakukan pekerjaan mereka. Orang dapat membayangkan bahwa
mereka mencapai kesimpulan tentang rancangan alam semesta karena kehendak
Mahakuasa yang tidak mereka sadari.
Ahli
astronomi Amerika, George Greenstein, mengakui ini dalam bukunya The Symbiotic
Universe:
Bagaimana ini bisa terjadi (bahwa hukum-hukum fisika
menyesuaikan diri dengan kehidupan)?... Setelah kami meninjau semua bukti,
suatu pemikiran berkeras muncul bahwa suatu kekuatan supranatural-atau
tepatnya, Keku-atan-pasti terlibat. Mungkinkah bahwa tiba-tiba, tanpa
diniatkan, kami mendapatkan bukti ilmiah akan kehadiran Zat Mahaagung? Apakah
itu Tuhan yang turun tangan dan berkenan menciptakan kosmos untuk keuntungan
kita?27
Sebagai
seorang ateis, Greenstein mengabaikan kebenaran nyata; walaupun dia tidak bisa
mencegah dirinya bertanya-tanya. Di lain pihak, ilmuwan lain yang tidak begitu
berprasangka, langsung mengakui bahwa alam semesta pasti telah dirancang khusus
untuk umat manusia agar hidup di dalamnya. Ahli astrofisika Amerika, Hugh Ross
mengakhiri artikelnya "Design and the Anthropic Principle" dengan
kata-kata ini:
Pencipta yang transenden dan cerdas pasti telah
menciptakan alam semesta. Pencipta yang transenden dan cerdas pasti telah
merancang alam semesta. Pencipta yang transenden dan cerdas pasti telah
merancang planet bumi. Pencipta yang transenden dan cerdas pasti telah
merancang kehidupan.28
Jadi, ilmu
pengetahuan membuktikan penciptaan. Tentu saja ada Allah dan Dia menciptakan
segalanya di sekeliling kita, terlihat maupun tidak. Dia adalah Pencipta
tunggal keseimbangan yang luar biasa mencengangkan dan rancangan langit dan
bumi.
Telah sampai pada satu waktu bahwa sekarang materialisme tak lebih dari
sistem kepercayaan takhyul, tidak ilmiah. Ahli genetik Amerika Robert Griffiths
dengan bercanda menyatakan "Jika kita memerlukan seorang ateis untuk
berdebat, saya akan pergi ke jurusan filsafat. Jurusan fisika tidak berguna
sedikit pun." 29
Sebagai ringkasan: Setiap hukum fisika dan setiap konstanta fisik dalam
alam semesta telah secara spesifik dirancang untuk memungkinkan manusia ada dan
hidup. Dalam bukunya The Cosmic Blueprint, Davies menyatakan kebenaran ini di
paragraf terakhir, "Kesan adanya Rancangan sangat mendalam."30
Tak
diragukan lagi, rancangan alam semesta adalah bukti perwujudan kekuatan Allah.
Keseimbangan tepat dan semua manusia dan makhluk lainnya adalah bukti kekuatan
agung Allah dan penciptaan. Hasil yang ditemukan oleh ilmu modern hanyalah
pengerjaan ulang dari kebenaran yang telah diungkapkan empat belas abad lalu
dalam Al Quran:
"Sesungguhnya
Tuhan kamu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
lalu Dia bersemayam di atas 'Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha-suci Allah Tuhan semesta
alam." (QS. Al A'raaf, 7:54) !
BAB IV
IRAMA ATOM
Jika
pemikiran paling cemerlang di dunia hanya dapat dengan susah payah menguraikan
kerja alam yang misterius, bagaimana mungkin kerja alam itu hanya merupakan
suatu kebetulan tanpa pemikiran, atau sebuah produk peristiwa acak?
Paul Davies,
profesor Fisika Teoretis 31
Ilmuwan
sepenuhnya sepakat bahwa, berdasarkan perhitungan, Dentuman Besar terjadi
sekitar 17 ribu miliar yang lalu. Semua materi yang membentuk alam semesta
diciptakan dari ketiadaan, namun dengan rancangan luar biasa, seperti yang kita
bicarakan pada dua bab pertama. Akan tetapi, alam semesta yang muncul dari
Dentuman Besar bisa saja berbeda dengan alam semesta yang sudah terbentuk alam
semesta kita.
Misalnya,
andaikan nilai keempat gaya dasar berbeda, alam semesta akan hanya terdiri dari
radiasi dan menjadi jaringan cahaya tanpa bintang, galaksi, manusia, atau
lain-lainnya. Berkat keseimbangan sempurna keempat gaya tersebut,
"atom-atom" bahan pembangun untuk apa yang disebut "materi"
terbentuk.
Para ilmuwan
juga bersepakat bahwa dua unsur pertama yang paling sederhana -hidrogen dan
helium- mulai terbentuk dalam empat belas detik pertama setelah Dentuman Besar.
Kedua unsur itu terbentuk sebagai hasil reduksi/pengurangan dalam entropi alam
semesta yang menyebabkan materi tersebar ke mana-mana. Dengan kata lain, pada
awalnya alam semesta hanya sebuah kumpulan atom hidrogen dan helium. Jika tetap
seperti itu, lagi-lagi tidak akan ada bintang, planet, batu, tanah, pohon, atau
manusia. Alam semesta akan menjadi jagat raya tanpa kehidupan, yang terdiri
hanya dari kedua unsur itu.
Karbon,
unsur dasar kehidupan, adalah unsur yang jauh lebih berat daripada hidrogen dan
helium. Bagaimana unsur tersebut terbentuk?
Ketika
mencari jawaban untuk pertanyaan itu, para ilmuwan tersandung pada sebuah
penemuan paling mengejutkan di abad ini.
Struktur Unsur-Unsur
Kimia adalah
ilmu alam yang mempelajari senyawa, struktur, dan sifat-sifat zat dan perubahan
yang mereka alami. Dasar kimia modern adalah tabel periodik unsur. Pertama kali
diperkenalkan oleh ahli kimia Rusia, Dmitry Ivanovich Mendeleyev, unsur-unsur
dalam tabel periodik disusun menurut struktur atom mereka. Hidrogen menempati
posisi pertama dalam tabel karena hidrogen adalah unsur paling sederhana, yang
terdiri dari hanya satu proton dalam nukleus/intinya dan satu elektron yang
mengitarinya.
Proton adalah partikel subatomik yang membawa muatan
listrik positif dalam nukleus atom. Helium, dengan dua proton, menempati posisi
kedua dalam tabel periodik. Karbon mempunyai enam proton dan oksigen mempunyai
delapan proton. Semua unsur mengandung jumlah proton berbeda-beda.
Partikel
lain yang terdapat di dalam inti atom adalah neutron. Tidak seperti proton,
neutron tidak membawa muatan listrik: dengan kata lain mereka bermuatan netral,
sehingga diberi nama neutron.
Partikel
dasar ketiga yang membangun atom adalah elektron, yang bermuatan negatif. Dalam
setiap atom, jumlah proton sama dengan jumlah elektron. Namun, tidak seperti
proton dan neutron, elektron tidak berlokasi dalam nukleus. Alih-alih, mereka
bergerak mengelilingi nukleus dengan kecepatan tinggi sehingga muatan positif
dan negatif atom tetap terpisah.
Perbedaan
dalam struktur atom (jumlah proton/elektron) adalah yang membuat unsur-unsur
berbeda satu sama lain.
Aturan
penting dalam kimia (klasik) adalah bahwa unsur-unsur tidak bisa berubah
menjadi unsur lain. Mengubah besi (dengan 26 proton) menjadi perak (18 proton)
akan mengharuskan penyingkiran delapan proton dari nukleus. Namun proton
terikat jadi satu oleh gaya inti/nuklir yang kuat dan jumlah proton dalam
nukleus hanya bisa diubah dengan reaksi nuklir. Tetapi reaksi yang terjadi pada
kondisi bumi adalah reaksi kimia yang hanya bergantung pada pertukaran elektron
dan tidak mempengaruhi nukleus.
Pada Abad
Pertengahan muncul "sains" yang disebut alkimia (alchemy)- cikal
bakal kimia modern. Ahli alkimia, yang tidak mengetahui tabel periodik atau
struktur atom unsur-unsur, mengira bahwa mengubah satu unsur menjadi unsur lain
bisa saja dilakukan. (Tujuan yang paling disukai, untuk alasan yang jelas,
adalah mencoba mengubah besi menjadi emas.) Kita tahu sekarang bahwa yang
dilakukan para ahli alkimia tidak mungkin tercapai di bawah kondisi normal
seperti kondisi di bumi: Suhu dan tekanan yang diperlukan agar perubahan
seperti itu terjadi terlalu besar untuk dicapai di laboratorium bumi. Namun
perubahan itu mungkin jika Anda punya tempat yang tepat untuk melakukannya.
Dan tempat
yang tepat, ternyata, di jantung bintang-bintang.
Laboratorium Alkimia di Alam Semesta: Raksasa Merah
Suhu yang
diperlukan untuk melawan keengganan inti atom berubah adalah mendekati 10 juta
derajat Celsius. Inilah yang menyebabkan alkimia hanya mungkin terjadi di
bintang. Dalam bintang berukuran sedang seperti Matahari, energi luar biasa
banyaknya yang dipancarkan berasal dari hidrogen yang bergabung menjadi helium.

Raksasa merah adalah
bintang-bintangyang sangat besar, sekitar lima puluh kali lebih besar
daripada matahari. Jauh di tengah raksasa-raksasa ini berlangsung proses yang
luar biasa.
|
Dengan
mengingat ulasan singkat ilmu kimia unsur ini, mari kita kaji kembali efek yang
terjadi sesaat setelah Dentuman Besar. Telah disebutkan bahwa hanya atom
hidrogen dan helium yang ada di alam semesta setelah Dentuman Besar. Para ahli
astronomi percaya bahwa bintang sejenis matahari terbentuk dari nebula (awan
kosmis) yang terdiri dari hidrogen dan helium yang dimampatkan sampai reaksi
termonuklir hidrogen-menjadi-helium terjadi. Jadi, sekarang kita memiliki
bintang-bintang. Namun alam semesta masih tanpa kehidupan. Untuk kehidupan,
unsur yang lebih berat -khususnya, oksigen dan karbon- diperlukan. Diperlukan
proses lain untuk mengubah hidrogen dan helium menjadi unsur lain lagi.
"Pabrik
pengolahan" unsur-unsur berat ini ternyata adalah raksasa-raksasa merah
jenis bintang yang lima puluh kali lebih besar daripada matahari.
Raksasa merah jauh lebih panas daripada bintang jenis matahari dan sifat
ini menjadikan mereka berkemampuan melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan
bintang lain: mengubah helium menjadi karbon. Bahkan, ini juga tidak mudah bagi
raksasa merah. Seperti diungkapkan oleh ahli astronomi Greenstein: "Bahkan
sekarang, setelah jawaban (seperti untuk pertanyaan bagaimana mereka
melakukannya) diketahui, metode yang diperlukan begitu mencengangkan."32
Nomor atom
helium adalah 2: yaitu memiliki dua proton dalam intinya. Nomor atom karbon
adalah 6. Dalam suhu yang begitu tinggi pada raksasa merah, tiga atom helium
bergabung menjadi atom karbon. Inilah "alkimia" yang menyediakan
unsur lebih berat bagi alam semesta setelah Dentuman Besar.
Namun
seperti kami sebutkan, ini tidaklah mudah. Hampir tidak mungkin untuk
menggabungkan dua atom helium, dan sangat tidak mungkin menggabungkan tiga
atom. Lantas, bagaimana enam proton yang diperlukan karbon dapat bergabung?
Ini adalah
proses dua langkah. Pertama, dua atom helium berfusi menjadi unsur antara yang
memiliki empat proton dan empat neutron. Selanjutnya, helium ketiga berfusi
dengan unsur antara ini untuk membentuk karbon dengan enam proton dan enam
neutron.
|
|
|
|
Inti
Helium
|
Inti
Carbon
|
Isotop
berilium yang sangat tidak stabil yang terbentuk di raksasa merah
|
Berilium
normal yang ditemukan di bumi
|
Unsur antara tersebut adalah berilium. Berilium biasa ditemukan di bumi, namun
berilium yang ada di raksasa merah berbeda dalam hal yang sangat penting:
terdiri dari empat proton dan empat neutron, sementara berilium di bumi
memiliki lima neutron. "Berilium raksasa-merah" merupakan jenis yang
berbeda. Inilah yang disebut "isotop" dalam ilmu kimia.
Sekarang
muncullah kejutan sesungguhnya. Isotop tersebut rupanya sama sekali tidak
stabil. Para ilmuwan telah meneliti isotop ini bertahun-tahun dan mendapati
bahwa setelah terbentuk, isotop ini akan meluruh dalam waktu 0,000000000000001
(satu per-juta-miliar) detik.
Bagaimana
isotop berilium yang begitu tidak stabil, yang terbentuk dan meluruh dalam
waktu sangat singkat, mampu bergabung dengan helium menjadi atom karbon? Ini
seperti meletakkan batu bata ketiga di atas dua lainnya yang akan berpencar
dalam waktu satu per-juta-miliar detik jika mereka sempat saling bertumpuk
dalam susunan tertentu. Bagaimana proses ini berlangsung di raksasa merah? Para
ahli fisika telah berusaha memecahkan teka-teki ini selama beberapa dekade
tanpa jawaban. Ahli astrofisika Amerika, Edwin Salpeter, akhirnya menemukan
petunjuk untuk misteri ini dalam konsep "resonansi atomik".
Resonansi dan Resonansi Ganda
Resonansi
didefinisikan sebagai frekuensi (getaran) selaras dari dua materi yang berbeda.
Contoh
sederhana dari pengalaman sehari-hari akan menjelaskan apa yang disebut para
ahli fisika sebagai "resonansi atomik". Bayangkan, Anda bermain
ayunan bersama anak Anda di taman bermain. Si kecil duduk di atas ayunan dan
Anda mendorongnya untuk memulai ayunan. Untuk menjaga ayunan terus mengayun,
Anda harus mendorongnya dari belakang. Namun, waktu memberikan dorongan ini
sangat penting. Setiap kali ayunan mendekat, Anda harus memberikan dorongan
tepat pada waktunya: ketika ayunan berada pada titik tertinggi dari gerakan-nya
menuju Anda. Jika Anda mendorong terlalu awal, hasilnya adalah tabrakan yang
mengganggu irama ayunan; jika Anda terlambat mendorong, usaha tersebut akan
sia-sia karena ayunan telah bergerak menjauh. Dengan kata lain, frekuensi
dorongan harus selaras dengan frekuensi ayunan menuju Anda.
Para ahli fisika menyebut "keselarasan frekuensi" seperti itu
sebagai "resonansi". Ayunan memiliki frekuensi: misalnya mendekati
Anda setiap 1,7 detik. Anda mendorong ayunan setiap 1,7 detik juga. Tentu saja
jika Anda menghendaki, Anda dapat mengubah frekuensi gerakan ayunan, namun jika
demikian, Anda harus mengubah frekuensi dorongan juga, jika tidak, ayunan tidak
akan berayun dengan nyaman.33
Seperti halnya dua benda atau lebih yang bergerak dapat beresonansi,
resonansi juga dapat terjadi ketika satu benda bergerak menyebabkan gerakan
pada benda lain. Resonansi jenis ini sering terlihat pada alat musik dan
disebut "resonansi akustik". Ini dapat terjadi, misalnya, di antara
dua biola yang telah disetel selaras. Jika salah satu dari biola ini dimainkan
di dalam satu ruangan dengan biola yang lain, senar biola kedua akan bergetar
walaupun tidak ada seorang pun yang menyentuhnya. Karena kedua alat musik telah
disesuaikan dengan teliti sampai pada frekuensi yang sama, getaran pada satu
biola menyebabkan getaran pada biola yang lain. 34
Resonansi
dalam kedua contoh di atas adalah bentuk resonansi yang sederhana dan mudah
untuk dipahami. Ada bentuk resonansi lain dalam ilmu fisika yang tidak
sederhana, dan dalam kasus inti atom, resonansi dapat begitu rumit dan peka.
Setiap inti atom memiliki tingkat energi alamiah yang telah berhasil
diketahui setelah penelitian panjang para ahli fisika. Tingkat energi ini
sangat berbeda antara satu atom dan atom yang lain, namun dalam beberapa
kejadian yang sangat jarang dapat diamati adanya resonansi di antara beberapa
inti atom. Ketika resonansi tersebut terjadi, gerakan inti atom saling selaras
seperti halnya pada contoh ayunan dan biola. Hal yang penting dari kejadian ini
adalah resonansi mendorong reaksi nuklir yang mempengaruhi inti atom. 35
Ketika
menyelidiki bagaimana karbon dibuat oleh raksasa merah, Edwin Salpeter
menyarankan adanya resonansi antara inti atom helium dan berilium yang
mendorong reaksi tersebut. Resonansi ini, menurutnya, membuat atom-atom helium
lebih mudah berfusi menjadi berilium, dan ini menyebabkan reaksi di raksasa
merah. Namun, penelitian selanjutnya gagal untuk mendukung gagasan ini.
Fred Hoyle
adalah ahli astronomi kedua yang menjawab pertanyaan ini. Hoyle mengembangkan
gagasan Salpeter lebih lanjut, dengan memperkenalkan gagasan "resonansi
ganda". Hoyle menyebutkan harus terdapat dua resonansi: satu yang
menyebabkan dua helium berfusi menjadi berilium, dan satu lagi menyebabkan
helium ketiga bergabung dengan formasi yang tidak stabil ini. Tak seorang pun
percaya kepada Hoyle. Gagasan resonansi selaras yang terjadi sekali saja sudah
sulit untuk diterima; apalagi resonansi tersebut terjadi dua kali, sama sekali
tidak terpikirkan. Hoyle menekuni penelitiannya selama bertahun-tahun, dan pada
akhirnya dia membuktikan bahwa gagasannya benar: Sungguh-sungguh terjadi
resonansi ganda pada raksasa merah. Tepat pada saat dua atom helium beresonansi
untuk bergabung, atom berilium muncul dalam satu per-juta-miliar detik yang
diperlukan untuk menghasilkan karbon. George Greenstein menjelaskan mengapa
resonansi ganda merupakan mekanisme yang luar biasa:
Terdapat
tiga struktur yang sama sekali terpisah dalam cerita ini -helium, berilium dan
karbon-dan dua resonansi yang sama sekali terpisah. Sulit untuk melihat mengapa
inti-inti atom ini harus bekerja sama dengan mulus... Reaktor nuklir lain tidak
berlangsung dengan serangkaian kebetulan yang luar biasa... Ini seperti
menemukan resonansi yang dalam dan rumit antara mobil, sepeda, dan truk.
Mengapa struktur yang sama sekali berbeda dapat bersatu dengan begitu sempurna?
Keberadaan kita, dan seluruh bentuk kehidupan di alam semesta, bergantung pada
proses ini. 36
Pada
tahun-tahun berikutnya, ditemukan bahwa unsur lain seperti oksigen juga
terbentuk dari resonansi yang begitu mengagumkan. Temuan penganut materialis
tulen Fred Hoyle atas "transaksi luar biasa" ini memaksanya untuk
mengakui dalam bukunya Galaxies, Nuclei and Quasar, bahwa resonansi ganda
seperti itu pastilah hasil rancangan dan bukan kebetulan.37 Dalam
makalah lain, dia menulis:

Fred Hoyle adalah orang pertama
yang menemukan keseimbangan luar biasa pada reaksi nuklir yang terjadi di
raksasa merah. Meskipun ateis, Hoyle mengakui bahwa keseimbangan ini tidak
dapat dijelaskan sebagai kebetulan dan merupakan sebuah pengaturan yang
disengaja.
|
Jika Anda
ingin menghasilkan karbon dan oksigen dalam jumlah yang hampir sama dengan cara
sintesis-inti bintang, ini adalah dua tingkat yang harus Anda tetapkan, dan
penetapan Anda harus tepat pada tingkat di mana tingkat ini ditemukan....
Penafsiran yang masuk akal atas fakta ini menyarankan bahwa kecerdasan super
telah mempermalukan para ahli fisika, juga ahli kimia dan biologi, dan bahwa
tidak ada kekuatan buta yang layak disebutkan di alam. Angka yang dihitung dari
fakta itu begitu menyesakkan saya sehingga hampir tidak mungkin mengeluarkan
kesimpulan ini. 38
Hoyle
menyatakan bahwa kesimpulan yang tak terpungkiri dari kebenaran nyata ini
jangan sampai diabaikan oleh ilmuwan lain.
Saya tidak percaya ilmuwan yang mempelajari kenyataan ini akan gagal
menarik kesimpulan bahwa hukum fisika nuklir telah dirancang dengan sengaja
dengan memperhatikan konsekuensi-konsekuensi yang mereka hasilkan di dalam
bintang.39
Kebenaran
nyata ini telah disebutkan dalam Al Quran 1400 tahun yang lalu. Allah
menunjukkan keserasian dalam penciptaan langit dalam ayat:
"Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan langit
bertingkat-tingkat?" (QS. Nuh, 71: 15) !
Laboratorium Alkimia yang Lebih Kecil: Matahari
Perubahan
helium menjadi karbon yang telah dijelaskan merupakan alkimia raksasa merah. Di
dalam bintang yang lebih kecil seperti matahari kita, bentuk alkimia yang lebih
sederhana terjadi. Matahari mengubah hidrogen menjadi helium dan reaksi ini
merupakan sumber energinya.
Reaksi ini
tidak kurang penting bagi keberadaan kita dibandingkan dengan reaksi di raksasa
merah. Lebih lanjut, reaksi nuklir di matahari juga merupakan proses yang
dirancang, seperti halnya di raksasa merah.
Hidrogen,
unsur masukan reaksi ini, adalah unsur paling sederhana di alam semesta dengan
hanya memiliki proton tunggal dalam intinya. Inti helium memiliki dua proton
dan dua neutron. Proses yang terjadi di matahari adalah penggabungan empat atom
hidrogen menjadi satu atom helium.
Matahari adalah reaktor nuklir raksasa yang
terus-menerus mengubah atom hidrogen menjadi atom helium dan menghasilkan
panas dari proses tersebut. Namun yang penting untuk proses ini adalah
ketepatan luar biasa yang membuat reaksi-reaksi ini seimbang di dalam
matahari. Perubahan sedikit saja pada salah satu gaya yang mengatur reaksi
ini akan menyebabkan kegagalan reaksi atau ledakan berkelanjutan yang
menghancurkan.
|
Sejumlah
besar energi dilepaskan dari proses ini. Hampir semua energi panas dan cahaya
yang mencapai bumi merupakan hasil dari reaksi nuklir matahari ini.
Seperti
reaksi yang terjadi di raksasa merah, reaksi nuklir matahari ternyata
melibatkan sejumlah aspek yang mengejutkan yang tanpanya reaksi tersebut tidak
akan berjalan. Anda tidak dapat begitu saja mencampur empat atom hidrogen
menjadi sebuah atom helium. Agar hal ini terjadi, diperlukan proses dua tahap,
seperti yang terjadi di raksasa merah. Pada langkah pertama, dua atom hidrogen
bergabung membentuk inti antara yang disebut deuteron terdiri dari sebuah
proton dan sebuah neutron.
Gaya apa
yang cukup besar untuk menghasilkan deuteron dengan mencampurkan dua inti
bersama? Gaya ini disebut "gaya nuklir kuat", salah satu dari empat
gaya dasar alam semesta yang telah disebutkan pada bab sebelumnya. Ini adalah
gaya fisik yang paling kuat di seluruh alam semesta dan besarnya
bermiliar-miliar-miliar-miliar kali lebih besar daripada gaya gravitasi. Hanya
gaya ini, bukan lainnya, yang mampu menyatukan dua inti seperti ini.
Sekarang, hal paling aneh dari peristiwa ini adalah penelitian telah
menunjukkan bahwa, sebegitu kuatnya gaya nuklir kuat ini, namun hanya cukup
kuat untuk melakukan tepat apa yang selama ini telah dilakukannya. Jika hanya
sedikit lebih lemah, maka gaya ini tidak mampu menyatukan dua inti. Sebaliknya,
dua proton yang saling berdekatan akan segera saling menjauh, dan reaksi di
matahari akan berhenti sebelum dimulai. Dengan kata lain, matahari tidak akan
ada sebagai bintang yang memancarkan energi. Tentang hal ini, Greenstein
menyatakan "An-dai saja gaya nuklir kuat sedikit lebih lemah, cahaya bagi
dunia tidak akan pernah menyala." 40
Bagaimana
jika sebaliknya, gaya nuklir kuat sedikit lebih kuat? Untuk menjawabnya,
mula-mula kita harus mempelajari proses perubahan dua inti hidrogen menjadi
inti deuteron dengan lebih terperinci. Pertama, salah satu proton membuang
muatannya untuk menjadi neutron. Neutron ini bergabung dengan proton menjadi
deuteron. Gaya yang menyebabkan penyatuan ini disebut "gaya nuklir
kuat"; gaya yang mengubah proton menjadi neutron adalah gaya yang berbeda
yang disebut "gaya nuklir lemah". Tetapi lemah hanya dalam
perbandingan, dan memerlukan sepuluh menit untuk melakukan pengubahan. Pada
tingkat atom, ini adalah waktu yang begitu lama dan berakibat memperlambat laju
reaksi di matahari.
Mari kita
kembali ke pertanyaan kita: Apa yang akan terjadi jika gaya nuklir kuat sedikit
lebih kuat? Jawabannya adalah reaksi di matahari akan jauh berubah sebab gaya
nuklir lemah akan lenyap dari reaksi.
Jika gaya
nuklir kuat lebih kuat dari yang ada, ini akan mampu menggabungkan dua proton
seketika tanpa menunggu sepuluh menit yang diperlukan bagi proton untuk berubah
menjadi neutron. Hasilnya akan terbentuk sebuah inti dengan dua proton bukannya
deuteron. Ilmuwan menyebut inti seperti itu sebagai diproton. Sejauh ini,
diproton adalah unsur teoretis sebab belum pernah teramati terjadi secara
alamiah. Namun jika gaya nuklir kuat lebih kuat daripada sesungguhnya, maka
akan terbentuk diproton nyata di matahari. Lantas apa? Dengan menghilangkan
perubahan proton menjadi neutron, kita akan menghilangkan
"penyumbatan" yang menjaga "mesin" matahari bekerja
selambat sekarang. George Greenstein menjelaskan apa yang akan terjadi:
Matahari akan berubah, sebab tahap pertama dalam
pembentukan helium bukan lagi pembentukan deuteron. Ini akan menjadi
pembentukan di-proton. Dan reaksi ini sama sekali tidak memerlukan pengubahan
proton menjadi neutron. Peran gaya nuklir lemah akan berakhir, dan hanya gaya
nuklir kuat yang terlibat... dan sebagai hasilnya, bahan bakar matahari
tiba-tiba akan menjadi sangat ampuh. Matahari dalam keadaan ini akan begitu
kuat, begitu reaktif sehingga matahari dan setiap bintang yang lain akan
meledak seketika. 41
Ledakan
matahari akan menyebabkan dunia dan isinya terbakar, membuat planet biru kita
beserta isinya hangus dalam beberapa detik. Disebabkan gaya nuklir kuat yang
telah disesuaikan dengan tepat untuk tidak lebih kuat atau lebih lemah, laju
reaksi nuklir matahari melambat dan matahari mampu memancarkan energi untuk
bermiliar-miliar tahun. Penyesuaian yang teliti ini memungkinkan manusia untuk
hidup. Jika terdapat sedikit saja penyimpangan dalam pengaturan ini,
bintang-bintang (termasuk matahari) tidak akan terbentuk, kalaupun terbentuk
akan segera meledak.
Dengan kata
lain, struktur matahari bukanlah kebetulan atau ketidaksengajaan. Sungguh
kebalikannya: Matahari telah diciptakan bagi kehidupan manusia, sebagaimana
dinyatakan dalam ayat:
"Matahari
dan bulan (beredar) menurut perhitungan." (QS. Ar-Rahmaan, 55: 5) !
REAKSI KRITIS DI MATAHARI
1. Atas:
Empat atom hidrogen di matahari bergabung menjadi sebuah atom helium.
Inti
hidrogen dengan proton tunggal
|
Inti
helium dengan dua proton dan dua neutron
|
2. Bawah: Ini
adalah proses dengan dua langkah. Mula-mula dua atom hidrogen berfusi membentuk
sebuah deuteron. Perubahan ini sangat pelan dan yang membuat matahari terbakar
terus-menerus.
Inti
hidrogen dengan proton tunggal
|
Inti
deuteron dengan sebuah proton dan neutron
|
3. Jika gaya nuklir sedikit lebih kuat, sebuah
di-proton akan terbentuk bukannya sebuah deuteron. Tetapi, reaksi seperti itu
tidak dapat dipertahankan untuk waktu lama: Ledakan berkelanjutan yang
menghancurkan akan terjadi hanya dalam beberapa detik.
Single-proton
hydrogen nuclei
|
Di-proton
nucleus with two proton
|
Proton dan Elektron
Sejauh ini
kita telah mengkaji hal-hal yang terkait dengan gaya yang mempengaruhi inti
atom. Terdapat keseimbangan lain dalam atom yang harus diperhatikan:
keseimbangan antara inti dan elektron.

Baik massa maupun volume sebuah
proton jauh lebih besar daripada elektron, namun anehnya, kedua partikel ini
memiliki muatan listrik yang besarnya sama (meskipun berlawanan). Karena
kenyataan ini, atom bermuatan listrik netral.
|
Dalam bahasa
paling sederhana, elektron mengitari inti. Penyebabnya adalah muatan listrik.
Elektron memiliki muatan negatif dan proton memiliki muatan positif. Muatan
yang berlawanan saling tarik, sehingga elektron sebuah atom akan tertarik ke
inti. Namun elektron juga berputar dengan kecepatan sangat tinggi yang dalam
keadaan normal akan melontarkannya dari inti atom. Dua gaya ini (saling tarik
dan daya lontar) seimbang sehingga elektron bergerak pada orbit mengitari inti.
Atom juga
seimbang dalam hal muatan listrik: Jumlah elektron yang mengorbit sama dengan
jumlah proton dalam inti (misalnya, oksigen memiliki delapan proton dan delapan
elektron.). Dengan cara ini gaya listrik dalam atom seimbang, dan dari sisi
listrik, atom bermuatan netral.
Sejauh ini, begitu
banyak perihal kimia dasar. Namun terdapat satu hal dalam struktur yang
kelihatan sederhana ini yang diabaikan banyak orang. Proton jauh lebih besar
daripada elektron dari sisi ukuran dan berat. Seandainya elektron adalah biji
kacang, maka proton akan sebesar manusia. Secara fisik mereka jauh berbeda.
Namun muatan
listrik mereka besarnya sama!
Meskipun
muatan mereka (elektron negatif, proton positif) berlawanan, besarnya sama.
Tidak ada alasan jelas kenapa hal ini terjadi. Lebih meyakinkan (dan "masuk
akal") jika sebuah elektron memiliki muatan yang jauh lebih kecil.
Jika hal ini
benar, apa yang akan terjadi selanjutnya?
Apa yang
akan terjadi adalah setiap atom dalam alam semesta akan bermuatan positif
bukannya netral. Dan karena muatan yang sama saling tolak, setiap atom di alam
semesta akan mencoba dan menolak setiap atom yang lain. Alam seperti yang kita
ketahui tidak akan ada.
Apa yang
akan terjadi jika hal itu tiba-tiba terjadi sekarang? Apa yang akan terjadi
jika setiap atom mulai saling tolak?
Hal yang
sangat luar biasa akan terjadi. Mari kita mulai dari perubahan tubuh kita
sendiri. Begitu hal ini terjadi, tangan dan lengan yang memegang buku ini akan
seketika berantakan. Dan tidak hanya tangan, melainkan juga kaki, mata, gigi,
dan setiap bagian tubuh akan meledak dalam kurang dari satu detik.
Ruangan
tempat Anda duduk dan dunia sekitar akan meledak dalam sesaat. Seluruh lautan,
gunung, planet dalam tata surya, bintang serta galaksi di alam semesta akan
berantakan menjadi debu atom. Dan tidak akan ada sesuatu pun di alam semesta
yang dapat diamati. Alam semesta akan menjadi sekumpulan atom tak beraturan
yang saling tolak.
Seberapa
besar perbedaan muatan listrik antara proton dan elektron untuk menjadikan hal
mengerikan tersebut terjadi? Satu persen? Sepersepuluh persen? George
Greenstein menjawab pertanyaan ini dalam buku The Symbiotic Universe:
Benda kecil seperti batu, manusia, dan sebagainya akan
terbang berantakan jika kedua muatan berbeda sekecil satu bagian dalam 100
miliar. Struktur lebih besar seperti bumi dan matahari memerlukan keseimbangan
yang lebih sempurna untuk keberadaan mereka sampai satu bagian dari
semiliar-miliar. 42
Ini adalah keseimbangan lain yang dengan tepat disesuaikan, yang
membuktikan bahwa alam semesta dengan sengaja dirancang dan diciptakan untuk
tujuan tertentu. Seperti diungkapkan John D. Barrow dan Frank J. Tipler dalam
buku "The Anthropic Cosmological Principle", "terdapat rancangan
besar dalam alam semesta yang memungkinkan perkembangan makhluk hidup
berkecerdasan". 43
Tentu saja
setiap rancangan membuktikan keberadaan "perancang" dengan kesadaran.
Dialah Allah, "Penguasa seluruh alam", dijelaskan dalam Al Quran
sebagai satu-satunya Kekuatan yang menciptakan alam semesta dari kehampaan,
merancang, dan membentuknya atas kehendak-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam Al
Quran:
"Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya
ataukah langit? Allah telah membinanya. Dia meninggikan bangunannya lalu
menyempurnakannya." (QS. An-Naazi'aat, 79: 27-28) !
Berkat
keseimbangan luar biasa yang kita pelajari dalam bab ini, materi mampu bertahan
dengan stabil, dan kestabilan ini merupakan bukti kesempurnaan ciptaan Allah
sebagaimana disebutkan dalam Al Quran:
"Dan
kepunyaan-Nyalah siapa saja yang ada di langit dan di bumi. Semuanya hanya
kepada-Nya tunduk." (QS. Ar-Rum, 30: 26) !
BAB V
KETERATURAN DI LANGIT
....Sesuatu
yang lain pasti berada di belakang segalanya, mengarahkan. Dan itu, bisa
disebut, semacam bukti matematika atas ketuhanan.
Guy Murchie,
Penulis Sains dari Amerika44
Pada malam
tanggal 4 Juli 1054, para ahli astronomi Cina menyaksikan kejadian luar biasa:
Sebuah bintang yang sangat terang muncul secara tiba-tiba di sekitar gugusan
Taurus. Begitu terang sehingga dapat disaksikan bahkan pada siang hari. Pada
malam hari, bintang tersebut lebih terang daripada bulan.
Apa yang
diamati para ahli astronomi Cina adalah salah satu fenomena astronomis yang
paling menarik dan bencana paling besar di alam semesta. Itulah supernova.
Supernova
adalah sebuah bintang yang hancur oleh ledakan. Sebuah bintang raksasa
menghancurkan diri dalam ledakan dahsyat, dan materi intinya bertebaran ke
seluruh penjuru. Cahaya yang dihasilkan dalam peristiwa ini ribuan kali lebih
terang daripada keadaan normal.

Ledakan raksasa yang dikenal sebagai supernova menyebabkan materi terlontar
ke seluruh penjuru alam semesta. Jarak yang luar biasa jauh antar bintang dan
galaksi di alam semesta memperkecil risiko yang diakibatkan ledakan tersebut
terhadap benda-benda alam semesta lainnya.
|
Para ilmuwan
masa kini menganggap bahwa supernova memainkan peran penting dalam penciptaan
alam semesta. Ledakan ini menyebabkan unsur-unsur berbeda berpindah ke bagian
lain alam semesta. Diasumsikan bahwa materi yang dilontarkan ledakan ini
kemudian bergabung untuk membentuk galaksi atau bintang baru di bagian lain
alam semesta. Menurut hipotesis ini, tata surya kita, matahari dan planetnya
termasuk bumi, merupakan produk supernova yang terjadi dahulu kala.
Meskipun
supernova tampak seperti ledakan biasa, pada kenyataannya sangat terstruktur
dalam setiap detailnya. Dalam Nature's Destiny, Michael Denton menulis:
Jarak antarsupernova dan bahkan antar semua bintang sangat penting untuk
alasan yang lain. Jarak antarbintang dalam galaksi kita adalah sekitar 30 juta
tahun cahaya. Jika jarak ini lebih dekat, orbit planet-planet akan tidak
stabil. Jika lebih jauh, maka debu hasil supernova akan tersebar begitu acak
sehingga sistem planet seperti tata surya kita tidak mungkin pernah terbentuk.
Jika alam semesta menjadi rumah bagi kehidupan, maka kedipan supernova harus
terjadi pada laju yang sangat tepat dan jarak rata-rata di antaranya, dan
bahkan antarseluruh bintang, harus sangat dekat dengan jarak yang teramati
sekarang. 45
Perbandingan
antara supernova dan jarak antarbintang hanyalah dua detail lain yang sangat
selaras pada alam semesta yang penuh keaja-iban. Mengamati lebih teliti alam
semesta, pengaturan yang kita lihat begitu indah, baik dalam perancangan maupun
susunan.
Mengapa Begitu Banyak Ruang Kosong?
Marilah kita
rangkum apa yang telah kita kaji. Alam semesta setelah Dentuman Besar adalah
nebula yang hanya terdiri dari hidrogen dan helium. Unsur yang lebih berat
terbentuk kemudian melalui reaksi nuklir yang dirancang dengan sengaja. Namun,
keberadaan unsur yang lebih berat tidaklah cukup bagi alam untuk menjadi tempat
yang layak bagi kehidupan. Masalah yang lebih penting adalah bagaimana alam
semesta dibentuk dan diatur.
Kita akan
mulai dengan pertanyaan seberapa besar alam semesta.
"Sesungguhnya
Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu
bintang-bintang." (QS. Ash-Shaffat, 37: 6)
Bumi adalah
bagian dari tata surya. Dalam sistem ini, terdapat sembilan planet utama dan
lima puluh empat satelit, serta tak terhitung asteroid, yang semuanya mengitari
bintang yang disebut "Matahari"- sebuah bintang berukuran sedang
dibandingkan bintang lainnya di alam semesta. Bumi adalah planet ketiga dari
matahari.
Marilah kita
coba memahami seberapa besar sistem tata surya. Dia-meter matahari adalah 103
kali diameter bumi. Untuk menggambarkannya, diameter bumi adalah 12.200 km.
Jika kita memperkecil bumi menjadi sebesar kelereng, maka matahari sebesar bola
sepak. Namun yang menarik adalah jarak antar keduanya. Dengan perbandingan yang
masih tetap, maka jarak antara bola sepak dan kelereng adalah 280 meter. Benda
yang mewakili planet terluar harus diletakkan beberapa kilometer dari bola
sepak.
Meskipun
tampak begitu besar, tata surya sungguh kecil dibandingkan dengan galaksi Bima
Sakti, tempat tata surya berada. Terdapat lebih dari 250 miliar bintang di
dalam Bima Sakti-beberapa mirip dengan matahari, yang lain lebih besar atau
lebih kecil. Bintang terdekat dengan matahari adalah Alpha Centauri. Jika kita
akan meletakkan Alpha Centauri ke dalam model tata surya kita (bola dan
kelereng), maka model bintang ini harus diletakkan 78.000 km dari bola.
Ini terlalu
besar bagi siapa pun untuk memahaminya, jadi mari kita perkecil skalanya. Kita
anggap bumi sebesar debu. Ini akan menjadikan matahari sebesar biji kacang dan
berjarak tiga meter dari bumi. Dengan skala ini, Alpha Centauri harus
diletakkan 640 km dari matahari.
Bima Sakti
memiliki lebih dari 250 miliar bintang dengan jarak antar-bintang yang sama
mencengangkannya. Matahari terletak lebih ke tepi pada galaksi dengan bentuk
spiral ini, bukan cenderung ke tengah.
Bahkan Bima
Sakti itu kerdil dibandingkan dengan alam semesta yang luas. Bima Sakti
hanyalah satu dari sekian banyak galaksi-300 miliar menurut perhitungan
terakhir. Dan jarak antargalaksi adalah jutaan kali jarak matahari dan Alpha
Centauri.
George
Greenstein, dalam buku The Symbiotic Universe, memberikan komentar terhadap
luas yang tak terbayangkan ini:
Seandainya bintang-bintang lebih dekat, ilmu
astrofisika tidak akan jauh berbeda. Proses fisik dasar yang terjadi pada
bintang, nebula, dan sebagainya, tetap berjalan tanpa perubahan. Penampakan
galaksi kita dilihat dari jarak yang jauh, akan sama. Sedikit perbedaan yang
tampak hanyalah pemandangan langit pada malam hari dari rerumputan tempat saya
berbaring akan lebih kaya dengan bintang. Dan, oh ya, satu lagi perubahan
kecil: Tidak akan ada saya yang melakukan pengamatan itu.... Begitu sia-sia
angkasa tersebut! Di sisi lain, pada kesia-siaan itulah keselamatan kita
bergantung. 46
Greenstein
juga menerangkan alasan untuk hal ini. Dalam pandangannya, ruang yang luar
biasa besarnya di angkasa memungkinkan unsur-unsur fisik tertentu untuk diatur
sedemikian tepat agar cocok untuk kehidupan manusia. Dia juga menekankan
pentingnya ruang yang begitu besar ini bagi keberadaan bumi sambil memperkecil
kemungkinan tabrakan dengan bintang lain.
Ringkasnya,
penyebaran benda-benda langit di alam semesta adalah pengaturan yang tepat bagi
manusia untuk dapat hidup di planet ini. Ruang yang begitu besar ini adalah
hasil dari rancangan yang disengaja dengan maksud tertentu dan bukan hasil
peristiwa kebetulan.
Entropi dan Keteraturan
Untuk
mengetahui konsep keteraturan di alam semesta, mula-mula kita perlu membahas
Hukum Kedua Termodinamika, salah satu hukum fisika dasar.
Hukum ini
menyatakan bahwa, jika dibiarkan, sistem yang teratur akan menjadi tidak stabil
dan berkurang keteraturannya sejalan dengan waktu. Hukum ini disebut Hukum
Entropi. Dalam ilmu fisika, entropi adalah derajat ketidakteraturan dalam
sistem. Perubahan sistem dari keadaan stabil menjadi tidak stabil adalah
peningkatan entropi. Ketidakstabilan secara langsung terkait dengan entropi
sistem tersebut.
Ini adalah
pengetahuan umum, yang banyak di antaranya dapat kita amati dalam hidup
keseharian. Jika Anda meninggalkan mobil di tempat terbuka bertahun-tahun atau
bahkan cuma beberapa bulan, ketika kebali, Anda pasti tidak bisa mengharapkan
mobil Anda dalam kondisi seperti pada waktu Anda meninggalkannya. Anda mungkin
mendapati ban kempes, jendela rusak, karat pada bagian mesin dan rangka, dan
seba-ainya. Hal yang sama terjadi jika Anda mengabaikan pemeliharaan rumah
beberapa hari, dan Anda akan mendapati rumah lebih berdebu dan lebih berantakan
setiap harinya. Ini adalah bentuk entropi; namun Anda dapat mengembalikannya
dengan membersihkan, merapikan, serta membuang sampah.

Mobil yang ditelantarkan akan memburuk dan hancur berkeping-keping. Segala
sesuatu di alam semesta patuh terhadap entropi: hukum ini menyatakan bahwa,
jika dibiarkan begitu saja, segala sesuatu berkurang kestabilannya dan
berkurang keteraturannya sejalan dengan waktu.
|
Hukum Kedua
Termodinamika secara luas diterima dan mengikat. Einstein, ilmuwan paling
penting abad ini, menyatakan bahwa hukum ini adalah "hukum pertama seluruh
ilmu pengetahuan". Ilmuwan Amerika, Jeremy Rifkin, menyatakan dalam
Entropy: A New World View:
Hukum Entropi akan memimpin sebagai hukum yang
berkuasa sampai pada periode sejarah berikutnya. Albert Einstein me-nyatakan
bahwa ini adalah hukum utama seluruh ilmu pengetahuan: Sir Arthur Eddington
menyebutnya hu-kum metafisikal agung di seluruh alam semesta. 47
Penting
untuk ditegaskan bahwa Hukum Entropi dengan sendirinya menggugurkan banyak
klaim penganut materialisme sejak awal. Jika terdapat rancangan nyata dan
keteraturan pada alam semesta, hukum ini menyatakan bahwa, sejalan dengan
waktu, keadaan ini akan dianulir oleh alam itu sendiri. Ada dua kesimpulan dari
pengamatan ini:
1. Dibiarkan begitu saja, alam semesta tidak akan
bertahan untuk selamanya. Hukum kedua menyatakan bahwa tanpa campur tangan dari
luar dalam bentuk apa pun, entropi pada akhirnya menuju maksimal di seluruh
penjuru alam semesta, menjadikannya dalam keadaan benar-benar homogen.
2. Klaim bahwa keteraturan yang kita amati bukan hasil
campur tangan dari luar juga tidak benar. Segera setelah Dentuman Besar, alam
semesta benar-benar dalam keadaan sama sekali tak beraturan seperti terjadi
jika entropi telah mencapai derajat paling tinggi. Namun hal tersebut berubah
seperti yang terlihat dengan mudah di sekitar kita. Perubahan ini berlangsung
dengan melanggar salah satu hukum alam paling dasar- Hukum Entropi. Jelas,
tidak mungkin menerangkan perubahan ini kecuali dengan mengakui adanya
penciptaan supranatural.

Setiap galaksi di alam semesta adalah bukti struktur teratur yang ada di
mana-mana. Sistem-sistem yang luar biasa ini, dengan rata-rata 300 miliar
bintang di setiap sistem, menunjukkan keseimbangan dan keselarasan nyata.
|
Sebuah
contoh mungkin akan memperjelas poin kedua. Bayangkan alam semesta merupakan
gua yang dipenuhi dengan segala jenis air, batu, dan debu. Kita tinggalkan gua
tersebut untuk beberapa miliar tahun dan kembali menengoknya. Pada saat kita
kembali, akan mendapati beberapa batu yang mengecil, beberapa menghilang,
ketebalan debu meningkat, lumpur yang lebih banyak, dan seterusnya. Benda-benda
semakin berantakan, suatu hal yang lumrah persis seperti perkiraan kita. Jika
beberapa miliar tahun kemudian, Anda mendapati batuan dengan rumit diukir
menjadi patung, Anda tentu akan menyimpulkan bahwa keteraturan ini tidak dapat
dijelaskan dengan hukum-hukum alam. Satu-satunya penjelasan yang masuk akal
adalah bahwa sebuah "pemikiran berkesadaran penuh" menyebabkan hal
ini terjadi.
Jadi,
keteraturan alam semesta merupakan bukti yang dahsyat atas keberadaan kesadaran
yang agung. Ahli fisika pemenang Nobel dari Jerman, Max Planck, menjelaskan keteraturan
alam semesta sebagai berikut:
Sebagai kesimpulan kita harus mengatakan, pada setiap
kejadian, menurut semua yang diajarkan ilmu pengetahuan tentang alam semesta
yang begitu besar, di mana planet kecil kita memainkan peran tak penting,
terdapat keteraturan yang tidak tergantung kepada pemikiran manusia. Namun,
sejauh kita dapat merumuskan dengan pikiran jernih kita, keteraturan ini dapat
dirumuskan sebagai kejadian yang memiliki tujuan. Terdapat bukti adanya
keteraturan cerdas pada alam semesta. 48

Max Planck, Pemenang Nobel untuk bidang fisika:
"Sebuah keteraturan berlaku di jagat raya kita. Keteraturan ini dapat
diformulasikan dalam bentuk aktivitas yang punya maksud tertentu."
|
Paul Davies
menjelaskan kemenangan keselarasan dan keseimbangan yang luar biasa ini dari
materialisme sebagai:
Ke manapun kita melihat di alam semesta, dari galaksi nun jauh di sana ke
detail atom terdalam, kita menjumpai keteraturan.... Pusat dari gagasan alam
semesta yang begitu teratur adalah konsep informasi. Sistem yang sangat rapi,
mempertontonkan kegiatan yang sedemikian rapi, memerlukan begitu banyak
informasi untuk menggambarkannya. Dengan kata lain, alam semesta mengandung
begitu banyak informasi.
Kita lantas dihadapkan pada pertanyaan yang membuat
penasaran. Jika informasi dan keteraturan selalu punya kecenderungan alamiah
untuk lenyap, lantas dari mana asal mula informasi yang menjadikan bumi sebagai
tempat yang begitu istimewa? Alam semesta tampak seperti jam yang bergerak
teratur. Bagaimana pertama kali alam ini mendapatkan tenaganya?49
Einstein
merujuk keteraturan ini sebagai kejadian yang tidak diperkirakan, dan juga
mengatakan bahwa ini dapat disebut sebagai keajaiban:
Nah, seorang yang a priori [menalar dari sebab ke
akibat] pasti memperkirakan bahwa dunia akan terbentuk sesuai dengan hukum
[mengikuti hukum dan aturan] hanya selama kita [manusia] turut campur dengan
kecerdasan kita yang mengatur... [Namun, alih-alih, kita menemukan] dalam dunia
nyata suatu derajat keteraturan yang tinggi, sehingga kita yang a priori tidak
diizinkan sedikit pun untuk memperkirakan. Ini adalah 'keajaiban' yang semakin
diperkuat lagi dan lagi dengan perkembangan pengetahuan kita.50
Ringkasnya,
untuk memahami keteraturan alam semesta diperlukan pemahaman dan pengetahuan
yang dalam dan luas. Alam semesta dirancang, diatur, dan dijaga oleh Allah.
Allah
mengungkapkan dalam Al Quran, bagaimana bumi dan langit dijaga dengan kuasa-Nya
yang agung:
"Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi
supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang
pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Penyantun lagi Maha Pengampun." (QS. Faathir, 35: 41) !
Keteraturan
ilahiah di alam semesta mengungkapkan kelemahan kepercayaan materialisme bahwa
alam semesta adalah sekumpulan materi tak beraturan. Ini diungkapkan dalam ayat
lain:
Andaikan kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka,
pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya
Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling
dari kebanggaan itu. (QS. Al Mu'minuun, 23: 71) !
Tata Surya

Albert Einstein: "Kita menemukan di dunia nyata sebuah keteraturan
tingkat tinggi."
|
Tata surya
adalah salah satu contoh keselarasan indah yang paling mengagumkan yang dapat
disaksikan. Terdapat sembilan planet dengan lima puluh empat satelit yang
diketahui dan benda-benda kecil yang jumlahnya tidak diketahui. planet-planet
utama dihitung menjauh dari matahari adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars,
Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Bumi adalah satu-satunya planet
yang diketahui mengandung kehidupan.
Tentunya,
bumi adalah satu-satunya tempat di mana manusia dapat hidup dan bertahan tanpa
alat bantu, berkat tanah dan air yang melimpah serta atmosfer yang dapat
dihirup untuk bernafas.
Pada
struktur tata surya, kita menemukan contoh lain dari keindahan keseimbangan:
Keseimbangan antara gaya sentrifugal planet yang dilawan oleh gaya gravitasi
dari benda primer planet tersebut. (Dalam astronomi, benda primer adalah benda
yang dikitari oleh benda lainnya. Benda primer bumi adalah

Isaac Newton, salah satu perintis dan penemu fisika modern dan astronomi,
menyaksikan bukti kuat ciptaan Tuhan dalam keteraturan alam semesta.
|
matahari,
benda primer bulan adalah bumi). Tanpa keseimbangan ini, segala sesuatu yang
ada di tata surya akan terlontar jauh ke luar angkasa. Keseimbangan di antara
kedua gaya ini menghasilkan jalur (orbit) tempat planet dan benda angkasa lain
mengitari benda primernya.
Jika sebuah
benda langit bergerak terlalu lambat, dia akan tertarik kepada benda primernya;
jika bergerak terlalu cepat, benda primernya tidak mampu menahannya, dan akan
terlepas jauh ke angkasa. Sebliknya, setiap benda langit bergerak pada
kecepatan yang begitu tepat untuk terus dapat berputar pada orbitnya. Lebih
jauh, keseimbangan ini tentu berbeda untuk setiap benda angkasa, sebab jarak
antara planet dan matahari berbeda-beda. Demikian juga massa benda-benda langit
tersebut. Jadi, planet-planet harus memiliki kecepatan yang berbeda untuk tidak
menabrak matahari atau terlempar menjauh ke angkasa.
Ahli
astronomi penganut materialisme bersikukuh bahwa asal mula dan kelangsungan
tata surya dapat dijelaskan karena kebetulan. Lebih dari tiga abad lalu, banyak
pemuja materialisme telah berspekulasi tentang bagaimana keteraturan
menakjubkan ini bisa terjadi dan mereka gagal sama sekali. Bagi penganut
materialisme, keseimbangan dan keteraturan tata surya adalah misteri tak
terjawab.
Kepler dan Galileo, dua ahli astronomi yang termasuk
orang-orang pertama yang menemukan keseimbangan paling sempurna, mengakuinya
sebagai rancangan yang disengaja dan tanda campur tangan ilahiah di seluruh
alam semesta. Isaac Newton, yang diakui sebagai salah satu pemikir ilmiah
terbesar sepanjang masa, pernah menulis:
Sistem paling indah yang terdiri dari matahari,
planet, dan komet ini dapat muncul dari tujuan dan kekuasaan Zat yang berkuasa
dan cerdas... Dia mengendalikan semuanya, tidak sebagai jiwa namun sebagai
penguasa dari segalanya, dan disebabkan kekuasaan-Nya, Dia biasa disebut
sebagai "Tuhan Yang Mahaagung." 51
"Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan
dan malam pun tidak dapat mendahului siang, dan masing-masing beredar pada garis
edarnya." (QS. Yaasin, 36: 40)
Tempat Kedudukan Bumi
Di samping
keseimbangan yang menakjubkan ini, posisi bumi di dalam tata surya dan di alam
semesta juga merupakan bukti lain kesempurnaan penciptaan Allah.
Temuan
terakhir astronomi menunjukkan pentingnya keberadaan planet lain bagi bumi.
Ukuran dan posisi Yupiter, sebagai contoh, ternyata begitu penting. Perhitungan
astrofisika menunjukkan bahwa, sebagai planet terbesar dalam tata surya,
Yupiter menjamin kestabilan orbit bumi dan planet lain. Peran Yupiter
melindungi bumi dijelaskan dalam artikel "How Special Jupiter is"
karya George Wetherill:
Tanpa planet besar yang dengan tepat ditempatkan di
posisi Yupiter, bumi tentunya telah ditabrak ribuan kali lebih sering oleh
komet dan meteor serta serpihan antarplanet. Jika saja tanpa Yupiter, kita
tidak mungkin ada untuk mempelajari asal usul tata surya.52
Intinya,
struktur tata surya telah dirancang khusus bagi umat manusia untuk hidup.
Mari kita
kaji juga tempat kedudukan tata surya di alam semesta. Tata surya kita berada
di salah satu cabang spiral raksasa dari galaksi Bima Sakti, lebih dekat ke
tepi daripada ke tengah. Keuntungan apa yang didapat dari posisi seperti ini?
Dalam Nature's Destiny, Michael Denton menjelaskan:
Yang mengejutkan adalah bahwa alam semesta bukan saja
luar biasa tepat bagi keberadaan manusia dan adaptasi biologis manusia, namun
juga bagi pemahaman kita... Karena posisi tata surya kita di tepi galaksi, kita
dapat pada malam hari memandang jauh ke galaksi nun jauh di sana dan menggali
pengetahuan dari struktur keseluruhan alam semesta. Andai saja kita berada di
tengah galaksi, kita tidak akan pernah menyaksikan keindahan galaksi spiral
atau memiliki gagasan tentang struktur alam semesta.53
Dengan kata
lain, bahkan posisi bumi di galaksi merupakan bukti bahwa bumi diciptakan bagi
manusia untuk hidup, demikian pula seluruh hukum fisika alam semesta.
Adalah
kebenaran nyata bahwa alam semesta diciptakan dan diatur oleh Allah.
Alasan
mengapa sebagian orang tidak dapat memahami hal ini adalah prasangka mereka
sendiri. Namun pemikiran yang murni berda-sarkan kenyataan tanpa prasangka
dapat dengan mudah memahami bahwa alam semesta diciptakan dan dikendalikan oleh
Allah bagi manusia untuk hidup, seperti yang diungkapkan di dalam Al Quran:
"Dan
tidak Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir,
maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka."
(QS. Shaad, 38: 27) !
Pemahaman
mendalam ini diungkapkan di dalam ayat lain Al Quran:
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka." (QS. Ali 'Imran, 3: 190-191) !
BAB VI
PLANET BIRU
Bumi,
beserta atmosfer dan lautannya, beserta biosfernya yang rumit, beserta kerak
yang terbentuk dari bekuan batuan metamorfik berlapis-lapis, yang relatif
teroksidasi, kaya akan silika, dan menyelimuti [lapisan dan inti yang terdiri
dari magnesium silikat] biji besi, beserta puncak salju, gurun pasir, hutan,
padang lumut, rimba belantara, padang rumput, danau air tawar, padang batubara,
kantong minyak, gunung api, lubang lahar, pabrik, mobil, tanaman, binatang,
medan magnet, ionosfer, pegunungan di tengah laut, lapisan
penyangga...merupakan sistem dengan kerumitan mencengangkan.
J. S. Lewis,
Ahli Geologi dari Amerika54
Petualang luar angkasa khayalan, dari planet di
angkasa nun jauh di sana, ketika mendekati tata surya akan menjumpai
pemandangan yang sangat menarik. Bayangkan bahwa kita adalah pe-ngembara
seperti itu, dan kita sedang menghampiri bidang edar planet terhadap matahari-
sebuah lingkaran raksasa pada bola langit di mana seluruh planet utama dalam
tata surya kita bergerak.
Planet
pertama yang dijumpai adalah Pluto.
Planet ini
sangat dingin, dengan suhu sekitar -238oC. Atmosfernya tipis dan
akan berbentuk gas jika planet ini berada hanya sedikit lebih dekat ke matahari
pada orbitnya yang berbentuk agak elips. Lain saat, atmosfernya menjadi lapisan
es. Pluto, ringkasnya, adalah bola tanpa kehidupan yang diselimuti es.
Bergerak
mendekat matahari, Anda akan menjumpai Neptunus. Planet ini dingin juga,
sekitar -218oC. Atmosfernya terdiri dari hidrogen, helium, dan
metan, beracun bagi kehidupan. Angin yang bertiup kencang, mendekati 2.000 km
per jam, bergemuruh di seluruh permukaan planet.
Lantas
Uranus: planet gas yang pada permukaannya terdapat batuan dan es. Suhu
permukaannya adalah -214oC dan atmosfernya, lagi-lagi, terdiri dari
hidrogen, helium, dan metan-tak cocok bagi kehidupan manusia.
Setelah
Uranus, Anda mendekati Saturnus. Ini adalah planet terbesar kedua dalam tata
surya, dan terutama terkenal dengan sistem berbentuk cincin yang mengitarinya.
Cincin ini terdiri dari gas, batuan, dan es. Salah satu dari sekian banyak hal
menarik tentang Saturnus adalah planet ini seluruhnya terdiri dari gas: 75%
hidrogen dan 25% helium, dan kerapatannya kurang daripada kerapatan air. Jika
Anda ingin "mendaratkan" pesawat di Saturnus, Anda sebaiknya
merancang pesawat Anda agar bisa seperti pelampung! Suhu rata-rata lagi-lagi
sangat rendah: -178oC.
Berikutnya
adalah Yupiter: planet terbesar dalam tata surya, 318 kali lebih besar daripada
bumi. Seperti Saturnus, Yupiter juga planet yang dibentuk oleh gas. Karena
sulit membedakan "atmosfer" dan "permukaan" pada planet
seperti ini, sulit juga ditentukan berapa suhu "permukaan"nya, namun
pada lapisan atas atmosfer, suhu mencapai -143oC. Bentukan alam yang
menarik di atmosfernya adalah apa yang disebut "Bintik Merah
Raksasa". Ini pertama kali diketahui 300 tahun yang lalu. Ahli astronomi
sekarang mengetahui bahwa ini adalah badai yang luar biasa kuatnya yang telah
berkecamuk di atmosfer Jovian selama berabad-abad. Badai ini cukup besar untuk
menelan beberapa planet seukuran bumi. Yupiter mungkin planet yang mendebarkan,
namun bukan rumah bagi manusia, yang seketika akan tewas karena temperatur yang
membekukan, angin yang ganas, dan radiasi yang tinggi.
Lantas
muncul Mars. Atmosfer planet ini tidak mungkin mendukung kehidupan manusia
sebab sebagian besar terdiri dari karbondioksida. Seluruh permukaannya dipenuhi
kawah: hasil dari tubrukan meteor yang terus-menerus dan angin kencang yang
bertiup di seluruh permukaannya, yang dapat menimbulkan badai pasir
berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Suhu agak bervariasi namun turun hingga
-53oC. Telah banyak spekulasi bahwa di Mars mungkin terdapat
kehidupan, namun seluruh bukti menunjukkan bahwa planet ini tanpa kehidupan
juga.
Melesat dari
Mars menuju matahari, kita melihat planet biru yang kita putuskan untuk
sementara dilewatkan, dan menjelajah lagi. Pencari-an kita membawa kita ke
sebuah planet bernama Venus. planet ini diselimuti kabut putih cemerlang namun
suhu permukaannya 450oC, yang cukup untuk melelehkan timah. Sebagian
atmosfernya berupa karbon-dioksida. Di permukaan planet, tekanan atmosfer
setara dengan 90 kali tekanan atmosfer bumi: di bumi, Anda harus menyelam satu
kilometer ke dalam laut untuk mendapatkan tekanan setinggi ini. Di atmosfernya
terdapat berlapis-lapis gas asam belerang sedalam beberapa kilometer. Tidak ada
seorang pun atau kehidupan lain yang mampu bertahan sedetik pun di tempat yang
keras seperti ini.
Kita
bergerak terus dan mencapai Merkurius, dunia kecil berbatu, ditempa panas dan
radiasi matahari. Rotasinya begitu terhambat oleh kedekatannya dengan matahari,
menyebabkan planet ini melakukan hanya tiga rotasi aksial penuh selama dua kali
peredaran mengelilingi matahari. Dengan kata lain, di Merkurius, dua
"tahun" sama dengan tiga "hari". Disebabkan perputaran
harian yang begitu lama, satu sisi planet menjadi begitu panas sementara sisi
lainnya begitu dingin. Perbedaan ssuhu antara sisi siang dan sisi malam dapat
mencapai 1.000o C. Tentu saja lingkungan seperti ini tidak mungkin
menopang kehidupan.

Bahkan Mars, satu-satunya planet
lain di tata surya yang secara fisik mendekati bumi, tak lebih dari bola batu
yang kering dan tandus.
|
Ringkasnya,
kita telah mengamati delapan planet dan tidak satu pun darinya, termasuk lima
puluh tiga satelitnya menyediakan sesuatu yang mungkin menopang kehidupan.
Semuanya tak lebih dari bola gas, es atau batu tanpa kehidupan.
Namun, bagaimana
dengan planet biru yang kita lewatkan beberapa saat lalu? Ia berbeda dari yang
lain. Dengan atmosfer yang ramah, kondisi permukaan, suhu permukaan, medan
magnet, ketersediaan unsur-unsur, serta posisi pada jarak yang tepat dari
matahari, tampak seperti telah dirancang secara khusus untuk tempat hidup.
Dan, seperti
yang akan kita temukan, memang demikian adanya.
PERMUKAAN VENUS YANG MEMBARA
Temperatur
permukaan Venus dapat mencapai 450oC, yang cukup untuk melelehkan timah.
Permukaan planet ini mirip bola api berselimut lahar. Atmosfernya dipenuhi
asam belerang dan hujan asam belerang turun terus-menerus. Tekanan atmosfer
di permukaannya 90 kali lebih besar daripada tekanan atmosfer bumi: setara
dengan tekanan pada kedalaman 1.000 meter di bawah permukaan laut.
|
|
Peralihan Topik Sesaat dan Peringatan tentang
"Adaptasi"
Seterusnya
dalam bab ini, kita akan mempelajari sifat-sifat bumi yang memperjelas bahwa
planet kita secara khusus telah diciptakan untuk menopang kehidupan. Namun
sebelum melakukannya, kita perlu membicarakan hal lain untuk menghindari
kemungkinan kesalahpahaman. Pembicaraan lain ini khususnya diperuntukkan bagi
mereka yang ter-biasa menerima teori evolusi sebagai kebenaran ilmiah dan
percaya sepenuhnya akan konsep "adaptasi".
"Adaptasi"
adalah kata benda dari kata kerja "adapt" (menyesuaikan).
"Adapt" menyiratkan perubahan mengikuti keadaan. Sebagaimana
digunakan para evolusionis, ini berarti "perubahan suatu makhluk atau
bagiannya yang membuat keberadaannya semakin sesuai dengan kondisi
lingkungan". Teori evolusi menyatakan bahwa seluruh makhluk hidup di bumi
berasal dari satu makhluk (nenek moyang tunggal). Nenek moyang tunggal itu
sendiri muncul secara kebetulan, dan teori ini sangat sering menggunakan makna
kata "adaptasi" untuk mendukungnya.
Pendukung evolusi percaya bahwa makhluk hidup berubah menjadi spesies baru
dengan beradaptasi terhadap lingkungan. Kita telah membahas kesalahan klaim
ini, bahwa mekanisme adaptasi makhluk hidup terhadap kondisi alam hanya terjadi
dalam suatu kondisi tertentu, dan adaptasi tidak pernah bisa mengubah suatu
spesies menjadi spesies lain- dalam buku kami yang lain.55 Teori
evolusi beserta konsep "adaptasi" tak lebih merupakan bentuk lain
Lamarckisme, yaitu teori evolusi makhluk hidup yang menyatakan bahwa perubahan
lingkungan menyebabkan perubahan struktur binatang dan tumbuhan yang dapat
diteruskan kepada keturunannya. Teori ini telah dibantah kuat dan tepat oleh
komunitas ilmiah.
Meskipun
tidak memiliki dukungan ilmiah, gagasan adaptasi mengesankan sebagian besar
orang, dan inilah sebabnya kami harus menyinggung hal ini sebelum melanjutkan
pembahasan. Dari kepercayaan pada kemampuan makhluk hidup untuk beradaptasi,
hanya perlu selangkah lagi untuk sampai kepada gagasan bahwa kehidupan dapat
terbentuk di planet lain seperti halnya pernah terbentuk di bumi. Kemungkinan
ada makhluk kecil hijau hidup di Pluto, yang hanya sedikit berkeringat ketika
suhu mencapai -238oC, yang menghirup helium, alih-alih oksigen, dan yang minum
asam belerang, alih-alih air, telah menggoda khayalan orang, terutama mereka
yang khayalannya telah dipupuk produk-produk studio film Hollywood.
Namun ini
hanyalah bahan untuk khayalan (serta film-film Hollywood), sedang evolusionis
yang lebih mengetahui biologi dan biokimia bahkan tidak mencoba untuk
mempertahankan pernyataan seperti itu. Mereka mengetahui dengan sangat pasti
bahwa kehidupan hanya ada jika tersedia kondisi dan unsur yang diperlukan. Jika
mereka benar-benar percaya terhadap ini semua, pendukung makhluk hijau kecil
(atau bentuk kehidupan alien lainnya) adalah mereka yang setia buta terhadap
teori evolusi dan mengabaikan bahkan dasar-dasar biologi dan biokimia. Dalam
pengabaian, mereka juga melahirkan skenario yang tidak masuk akal.
Jadi, dalam
memahami kesalahan dari konsep adaptasi, hal pertama yang patut diperhatikan
adalah bahwa kehidupan hanya ada jika terda-pat kondisi dan unsur penting
tertentu. Satu-satunya model kehidupan yang berdasarkan kriteria ilmiah
adalah kehidupan berbasis karbon, dan ilmuwan sepakat bahwa tidak ada
bentuk kehidupan lainnya di manapun di alam semesta.
Karbon
adalah unsur dengan nomor atom 6 dalam tabel periodik unsur. Atom ini adalah
dasar kehidupan di bumi sebab seluruh molekul makhluk hidup (seperti asam
nukleat, asam amino, protein, lemak dan gula) dibentuk oleh kombinasi karbon
dengan unsur lain dalam berbagai cara. Karbon membentuk berjuta-juta jenis protein
setelah bergabung dengan hidrogen, oksigen, nitrogen dan lain-lain. Tidak ada
unsur lain yang dapat menggantikan karbon. Seperti yang akan kita lihat pada
bagian berikut, tak ada unsur selain karbon yang memiliki kemampuan untuk
membentuk begitu banyak rantai kimia yang amat diperlukan oleh kehidupan.
Akibatnya, jika kehidupan dapat terjadi di planet lain di mana pun di alam
semesta, maka kehidupan ini pasti berbasis karbon.56
Terdapat
sejumlah kondisi yang mutlak penting bagi berlangsungnya kehidupan berbasis
karbon. Misalnya, senyawa berbasis karbon (seperti protein) hanya dapat
bertahan pada rentang temperatur tertentu. Senyawa ini akan mulai terurai pada
temperatur lebih dari 120oC dan rusak tak terpulihkan jika
didinginkan di bawah -20oC. Namun, tidak hanya suhu yang berperan
penting dalam penentuan batasan kondisi yang cocok untuk keberadaan kehidupan
berbasis karbon: juga jenis dan kekuatan cahaya, kekuatan gaya gravitasi, komposisi
atmosfer, dan kekuatan medan magnet. Bumi menyediakan dengan tepat
kondisi-kondisi yang memungkinkan kehidupan tersebut. Jika bahkan satu saja
keadaan diubah, misalnya suhu rata-rata melebihi 120oC, tidak akan
ada kehidupan di bumi.
Maka makhluk
kecil hijau kita, yang mungkin hanya sedikit be-keringat ketika suhu mencapai
-238oC, yang menghirup helium, alih-alih oksigen, dan yang minum
asam belerang, alih-alih air, tidak mungkin ada di mana pun karena makhluk
hidup berbasis karbon tidak mampu bertahan dalam kondisi seperti itu, dan
satu-satunya kehidupan adalah kehidupan berbasis karbon. Kehidupan hanya
mungkin ada dalam lingkungan dengan batas-batas tertentu, dan dalam kondisi
yang dengan sengaja dirancang bagi kehidupan. Ini adalah kebenaran bagi kehidupan
secara umum dan bagi manusia khususnya.
Bumi adalah
lingkungan yang dengan sengaja telah dirancang.
Suhu Bumi
Suhu dan
atmosfer adalah unsur penting pertama bagi kehidupan di bumi. planet biru ini
memiliki dua hal, baik suhu yang memungkinkan untuk hidup maupun atmosfer yang
dapat digunakan makhluk hidup untuk bernapas, khususnya bagi makhluk hidup yang
kompleks seperti manusia. Namun, dua faktor yang sama sekali berbeda ini telah
ada sebagai akibat dari kondisi yang ternyata ideal bagi keduanya.
Salah satu
kondisi ideal ini adalah jarak antara bumi dan matahari. Bumi tidak akan
menjadi tempat kehidupan seandainya lebih dekat ke matahari seperti Venus atau
lebih jauh seperti Yupiter: Molekul berbasis karbon hanya mampu bertahan pada
suhu antara -20oC dan 120oC, dan bumi satu-satunya planet
dengan suhu rata-rata dalam batas tersebut.
Ketika
seseorang memandang alam semesta sebagai suatu keseluruhan, mendapati rentang
suhu sesempit ini merupakan hal yang sangat sulit karena suhu di seluruh alam semesta
bervariasi dari beberapa juta derajat pada bintang terpanas hingga nol mutlak
(-273oC). Dalam selang suhu yang begitu lebar, toleransi suhu yang
memungkinkan adanya kehidupan sungguh sempit; namun bumi memilikinya.


Tidak seperti 63 planet utama
beserta satelit lain dalam tata surya kita, bumi adalah satu-satunya planet
yang memiliki atmosfer, suhu lingkungan dan permukaan yang cocok bagi
kehidupan. Meskipun air, kebutuhan utama kehidupan, tidak ditemukan di tempat
lain dalam tata surya kita, tiga-perempat permukaan bumi dipenuhi air.
|
Ahli geologi Amerika, Frank Press dan Raymond Siever, menunjuk-kan
keistimewaan suhu rata-rata di bumi. Mereka menyatakan, "kehidupan seperti
yang kita ketahui hanya mungkin terjadi pada selang suhu yang sangat sempit.
Selang suhu ini mungkin hanya 1 atau 2 persen dari selang suhu antara nol
mutlak dan suhu permukaan matahari." 57
Terjaganya
selang suhu ini juga berkaitan dengan jumlah panas yang dipancarkan matahari,
di samping jarak bumi dengan matahari. Menurut perhitungan, penurunan 10% saja
dari panas yang dipancarkan matahari akan membuat permukaan bumi ditutupi
lapisan es setebal beberapa meter, dan andaikan panas yang dipancarkan matahari
naik sedikit saja, seluruh makhluk hidup akan hangus dan mati.
Tidak saja
suhu rata-rata harus ideal: Panas yang tersedia harus tersebar cukup merata ke
seluruh planet. Sejumlah kondisi khusus telah diciptakan untuk memastikan hal
ini benar-benar terjadi.
Sumbu rotasi
bumi miring 23o27' terhadapbidang ecliptic (garis edar bumi
mengitari matahari). Kemiringan ini mencegah panas berlebihan pada atmosfer di
wilayah antara kutub dan khatulistiwa, membuat suhu menjadi lebih sedang. Jika
kemiringan ini tidak ada, perubahan suhu antara kutub dan khatulistiwa akan
jauh lebih tinggi dan daerah bersuhu sedang (temperate zone) tidak akan ada-
atau tidak dapat ditinggali.
Kecepatan
rotasi bumi pada sumbunya juga menjaga penyebaran panas menjadi seimbang. Bumi
melakukan satu rotasi penuh dalam 24 jam menghasilkan periode pergantian terang
dan gelap cukup singkat. Karena periode ini singkat, perubahan panas antara
sisi terang dan gelap cukup rendah. Pentingnya hal ini dapat dilihat dalam
contoh ekstrem planet Merkurius, di mana siang lebih dari setahun dan perbedaan
suhu antara siang dan malam mendekati 1.000oC.
Banyak
faktor yang sama sekali berbeda seperti jarak antar bumi dan matahari,
kecepatan rotasi, kemiringan terhadap sumbu, dan bentukan alam di
permukaannya, semuanya bergabung untuk memastikan bahwa bumi kita dipanaskan
dengan cara yang tepat untuk kehidupan, dan panas ini disebarkan secara
merata.
|
|
Geografi
bumi juga membantu menyebarkan panas secara merata di seluruh permukaan bumi.
Terdapat perbedaan suhu sekitar 100oC antara kutub dan khatulistiwa.
Jika perbedaan suhu sebesar ini terjadi pada daerah yang benar-benar rata,
hasilnya adalah angin dengan kecepatan mencapai 1.000 km per jam menyapu segala
sesuatu yang dilaluinya. Namun, bumi dipenuhi penghalang berupa bentukan alam
yang menghambat perpindahan cepat udara yang dihasilkan oleh perbedaan suhu
itu. Penghalang ini berupa pegunungan, seperti yang membentang antara Pasifik
di timur dan Atlantik di barat, dimulai dari Himalaya di Cina dan dilanjutkan dengan
Pegunungan Taurus di Anatolia dan Alpen di Eropa. Di laut, kelebihan panas di
daerah katulistiwa dipindahkan ke utara dan selatan berkat kemampuan air yang
luar biasa untuk menghantarkan dan melepaskan panas.
Pada saat
yang sama, terdapat sejumlah sistem otomatis yang membantu menjaga suhu
atmosfer seimbang. Misalnya, saat suhu di suatu wilayah naik, laju penguapan
air akan meningkat, menyebabkan terbentuknya awan. Awan ini memantulkan lebih
banyak cahaya kembali ke angkasa, mencegah peningkatan suhu udara dan permukaan
di bawahnya.
Massa dan Medan Magnet Bumi
Ukuran bumi
tidak kalah penting bagi kehidupan daripada jarak bumi dengan matahari,
kecepatan rotasi dan bentukan-bentukan di permukaan bumi. Memperhatikan planet
lain, kita melihat rentang ukuran yang lebar: Merkurius lebih kecil daripada
sepersepuluh bumi, sementara Yupiter 318 kali lebih besar. Apakah ukuran bumi
dibandingkan dengan planet lain kebetulan? Ataukah suatu kesengajaan?
Ketika kita
mengamati ukuran bumi, dengan mudah kita melihat bawa planet kita dirancang
untuk sebesar bumi ini sekarang. Ahli geologi Amerika Frank Press dan Raymond
Siever memberikan komentar tentang "ketepatan" ukuran bumi:
Dan ukuran bumi begitu tepat- tidak terlalu kecil sehingga kehilangan atmosfernya,
karena gravitasi yang kecil gagal mencegah gas lepas ke angkasa, dan tidak
terlalu besar sehingga gravitasinya menahan begitu banyak atmosfer, termasuk
gas yang berbahaya.58
Selain massa
bumi, susunan perut bumi juga dirancang khusus. Disebabkan intinya, bumi
memiliki medan magnet kuat yang berperan penting dalam menjaga kelangsungan
hidup. Menurut Press dan Siever:
Perut bumi luar biasa besarnya, namun merupakan mesin
penghasil panas yang diseimbangkan secara rumit dengan bahan bakar radioaktif.…
Andaikan bekerja lebih lambat, aktivitas geologi akan berjalan lebih lambat.
Besi mungkin tidak mencair dan terbenam membentuk inti cair, dan medan magnet
tidak pernah terbentuk.…Andaikan lebih banyak bahan radioaktif, dan mesin
bekerja lebih cepat, gas dan debu vulkanik tentu telah menghalangi matahari,
sehingga atmosfer menjadi pekat mematikan, dan permukaan bumi diguncang oleh
gempa dan letusan gunung api setiap hari.59

Di pusat bumi terdapat sejenis mesin pembangkit panas yang diatur sedemikian
tepat sehingga cukup kuat untuk menghasilkan medan magnet namun tidak terlalu
kuat untuk menenggelamkan kerak bumi di atas lava.
|
Medan magnet
yang dibicarakan ahli geologi ini berperan penting bagi kehidupan. Medan magnet
ini berasal dari struktur inti bumi. Inti bumi terdiri dari unsur-unsur berat
seperti besi dan nikel yang mampu menahan muatan magnet. Inti dalam berbentuk
padat sementara inti luar cair. Dua lapis inti bergerak saling mengitari, dan
gerakan inilah sumber medan magnet bumi. Menyebar jauh di atas permukaan, medan
ini melindungi bumi dari radiasi merusak yang berasal dari angkasa luar.
Radiasi dari bintang selain matahari tidak dapat melewati perisai ini. Sabuk
Van Allen, yang medan magnetnya merentang hingga 18.000 km dari bumi,
melindungi bola ini dari energi mematikan.
Diperkirakan
bahwa awan plasma yang terjebak Sabuk Van Allen terkadang mencapai energi yang
besarnya 100 miliar kali lebih besar daripada bom nuklir yang menimpa
Hiroshima. Radiasi dari langit mungkin sama merusaknya. Tetapi medan listrik
bumi, hanya meloloskan 0,1% radiasi tersebut dan ini diserap oleh atmosfer.
Energi listrik yang diperlukan untuk menciptakan dan mempertahankan medan
listrik sebesar ini mencapai miliaran Ampere, sebanyak yang dibangkitkan umat
manusia sepanjang sejarah.
Jika perisai
pelindung ini tidak ada, kehidupan telah dimusnahkan oleh radiasi mematikan
dari waktu ke waktu dan mungkin tak pernah terwujud sama sekali. Namun seperti
yang diungkapkan Press dan Siever, inti bumi telah dirancang dengan tepat untuk
menjaga planet ini tetap aman.
"Dan
Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka
berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat
padanya." (QS. Al Anbiyaa', 21: 32) !
Ketepatan Atmosfer
Seperti yang
kita saksikan, sifat fisik bumi-massa, struktur, suhu, dan seterusnya- begitu
tepat bagi kehidupan. Namun, sifat-sifat itu saja tidak cukup untuk
memungkinkan kehidupan ada di bumi. Faktor penting lain adalah susunan
atmosfer.
Telah
dikemukakan sebelumnya bagaimana film-film fiksi-ilmiah terkadang menyesatkan
orang. Salah satu contohnya adalah betapa mudahnya petualang dan pengembara
luar angkasa menemukan planet-planet dengan atmosfer yang memungkinkan untuk
bernafas: Mereka tampaknya ada di mana-mana. Andaikan kita dapat menjelajah
ruang angkasa yang sebenarnya, kita akan menemukan ini sama sekali salah:
Kemungkinan planet lain memiliki atmosfer yang dapat dihirup untuk bernafas
sangat tidak mungkin. Ini karena atmosfer bumi telah dirancang khusus untuk
menopang kehidupan dengan sejumlah cara yang penting.
Atmosfer bumi terdiri dari 77% nitrogen, 1% oksigen,
dan 1% karbondioksida. Mari kita mulai dari gas yang paling penting, yakni
oksigen. Oksigen begitu penting bagi kehidupan, karena gas ini terlibat dalam
sebagian besar reaksi kimia yang melepaskan energi yang dibutuhkan setiap
makhluk hidup.
Senyawa
karbon bereaksi dengan oksigen. Hasil reaksi ini adalah air, karbondioksida,
dan energi. Ikatan kecil energi yang disebut ATP (adeno-sine triphosphate),
yang digunakan oleh sel hidup dihasilkan dari reaksi ini. Karena inilah kita
selalu memerlukan oksigen untuk hidup, dan bernafas untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
Hal yang
menarik dari kejadian ini adalah bahwa kadar oksigen dalam udara yang kita
hirup telah dengan tepat disesuaikan. Michael Denton menulis tentang hal ini:
Dapatkah atmosfer mengandung lebih banyak oksigen dan
masih mampu menopang kehidupan? Tidak! Oksigen adalah unsur yang sangat mudah
bereaksi. Bahkan kandungan oksigen dalam atmosfer saat ini, 21%, adalah
mendekati batas-atas keselamatan untuk kehidupan pada suhu lingkungan.
Kemungkinan kebakaran hutan tersulut naik 70% untuk setiap penambahan 1%
oksigen di atmosfer.60
Menurut ahli
biokimia dari Inggris, James Lovelock:
(Kandungan oksigen) di atas 25%, sedikit sekali dari
tumbuhan saat ini yang mampu bertahan dari amukan api yang memusnahkan hutan
hujan tropis dan padang lumut kutub.... Kandungan oksigen saat ini adalah pada
titik di mana risiko dan keuntungan tepat seimbang.61

Bahkan peningkatan 5% oksigen dalam atmosfer bumi akan menyebabkan kebakaran
yang membinasakan sebagian besar hutan yang ada.
|
Bahwa kadar
oksigen di atmosfer saat ini bertahan pada nilai yang tepat, adalah berkat
sistem "daur ulang" yang luar biasa: Binatang terus-menerus menghirup
oksigen dan menghasilkan karbondioksida, yang bagi mereka tidak dapat digunakan
untuk bernafas. Tumbuhan melakukan tepat sebaliknya: Mereka menghirup
karbondioksida yang mereka perlukan untuk hidup, dan sebaliknya mengeluarkan oksigen.
Berkat sistem ini, kehidupan terus berlanjut. Tumbuhan melepaskan jutaan ton
oksigen ke atmosfer setiap hari.
Tanpa
kerjasama dan keseimbangan dari dua kelompok makhluk hidup yang berbeda ini,
planet kita tidak mungkin dijadikan tempat hidup. Misalnya, jika makhluk hidup
hanya menghirup karbondioksida dan melepaskan oksigen, maka atmosfer bumi akan
jauh mempermudah pembakaran daripada saat ini, dan bahkan percikan api kecil
dapat menyebabkan kebakaran yang dahsyat. Sebaliknya, jika seluruh makhluk menghirup
oksigen dan melepaskan karbondioksida, kehidupan pada akhirnya akan musnah
ketika seluruh oksigen telah habis digunakan.
Kenyataannya,
atmosfer berada dalam keadaan seimbang, di mana seperti diungkapkan Lovelock,
risiko dan keuntungan tepat seimbang.
Aspek lain
dari atmosfer adalah kerapatannya, yang telah disesuaikan dengan tepat sekali
bagi kita untuk bernafas.
"Allah
menciptakan langit dan bumi dengan hak. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang mukmin." (QS. Al
'Ankabuut, 29: 44)
Atmosfer dan
Pernapasan
Kita
bernafas setiap saat. Kita secara terus-menerus menghirup udara ke dalam
paru-paru dan mengeluarkannya. Kita begitu sering melaku-kannya sampai
menganggapnya hal yang biasa. Kenyataannya, pernapasan adalah proses yang
sangat rumit.
Sistem tubuh
kita dirancang sedemikian sempurna sampai kita tidak perlu memikirkan
pernafasan. Tubuh kita memperkirakan berapa banyak oksigen yang diperlukan, dan
mengatur pengiriman dengan jumlah yang tepat baik ketika kita sedang berjalan,
berlari, membaca buku, atau tidur. Penyebab begitu pentingnya pernafasan adalah
karena berjuta-juta reaksi yang harus tetap berlangsung dalam tubuh untuk
menjaga kelangsungan hidup kita, semuanya memerlukan oksigen.
Kemampuan
Anda untuk membaca buku ini adalah berkat berjuta-juta sel retina di dalam mata
yang terus-menerus dicatu dengan energi yang diturunkan dari oksigen. Demikian
juga, seluruh jaringan tubuh kita dan sel yang membentuknya memperoleh energi
dari "pembakaran" senyawa karbon oleh oksigen. Hasil pembakaran
ini-karbondioksida- harus dikeluarkan dari tubuh. Jika kadar oksigen dalam
aliran darah turun drastis, tubuh akan lemah; dan jika kekosongan oksigen
berlangsung lebih dari beberapa menit, akibatnya adalah kematian.
Dan itulah
sebabnya kita bernafas. Ketika kita menarik nafas, oksigen membanjiri sekitar
300 juta ruang kecil dalam paru-paru kita. Pembuluh darah kapiler yang melekat
pada ruang ini menyerap oksigen dalam sekejap dan membawanya, mula-mula ke
jantung, lantas diteruskan ke seluruh bagian tubuh. Sel tubuh kita menggunakan
oksigen ini, dan melepaskan karbondioksida ke dalam darah, yang membawanya
kembali ke paru-paru, di mana zat ini kemudian dikeluarkan. Seluruh proses
memerlukan waktu tak lebih dari setengah detik: Oksigen "bersih"
masuk dan karbon dioksida "kotor" keluar.
Anda mungkin
bertanya-tanya mengapa ada begitu banyak (300 juta) ruang kecil dalam
paru-paru. Mereka ada untuk memperluas permukaan yang bersinggungan dengan
udara. Mereka dengan hati-hati dilipat agar menduduki tempat sekecil mungkin;
andaikan tidak dilipat, hasilnya cukup untuk menutup lapangan tenis.
Ada hal lain
yang harus diingat. Ruang kecil dalam paru-paru dan pembuluh kapiler yang
melekat padanya telah dirancang begitu kecil dan sempurna untuk meningkatkan
laju pertukaran oksigen dan karbondioksida. Namun rancangan yang sempurna ini
bergantung kepada faktor lain: kerapatan, viskositas (kekentalan), dan tekanan
udara harus tepat agar udara dapat bergerak masuk dan keluar paru-paru dengan
benar.
Pada
ketinggian sejajar permukaan laut, tekanan udara adalah 760 mm air raksa dan
kerapatannya sekitar 1 gram/liter. Masih pada ketinggian sejajar permukaan
laut, viskositas udara sekitar 50 kali dari air. Anda mungkin menganggap angka
ini tidak penting namun angka ini sangat menentukan hidup kita, sebab seperti
diungkapkan Michael Denton:
Komposisi keseluruhan dan sifat umum dari atmosfer- kerapatannya, viscositasnya, tekanannya, dan
lain-lainnya- harus sama seperti sekarang ini, khususnya bagi makhluk yang
menghirup udara.62
Ketika
bernapas, paru-paru menggunakan energi untuk melawan gaya yang disebut
"hambatan udara". Gaya ini adalah hasil dari keengganan udara untuk berpindah.
Namun berkat sifat fisik atmosfer, hambatan ini cukup lemah sehingga paru-paru
dapat menarik masuk dan mendorong keluar udara dengan menggunakan energi
minimum. Jika keengganan udara lebih besar, paru-paru akan dipaksa untuk
bekerja lebih keras agar mampu bernapas. Ini dapat dijelaskan dengan satu
contoh. Menyedot air ke dalam jarum suntik itu mudah, namun menyedot madu jauh
lebih sulit. Penyebabnya adalah madu lebih rapat daripada air dan juga lebih
kental.
Andaikan
kerapatan, viskositas dan tekanan udara lebih besar, bernapas akan sesulit
menyedot madu ke dalam jarum suntik. Seseorang mungkin mengatakan, "Itu
mudah dibetulkan. Kita hanya perlu memperbesar lubang jarum suntik untuk
meningkatkan laju aliran". Namun jika kita melakukannya, dalam kasus
pembuluh kapileri dalam paru-paru, hasilnya akan menurunkan luas permukaan yang
bersinggungan dengan udara, yang menyebabkan berkurangnya pertukaran oksigen
dan karbondioksida pada waktu yang sama, dan kebutuhan pernapasan tubuh tidak
terpenuhi. Dengan kata lain, nilai masing-masing kerapatan, visko-sitas dan
tekanan udara harus berada dalam batas tertentu agar dapat digunakan untuk
bernafas, dan nilai-nilai tersebut dalam udara yang kita hirup adalah nilai
yang tepat.
Michael
Denton mengomentari hal ini dengan:
Sudah jelas bahwa andaikan salah satu dari viskositas
atau kerapatan udara lebih besar, hambatan udara tidak akan memungkinkan untuk bernapas, dan tidak ada
rancangan sistem pernapasan lain yang akan mampu mengantarkan oksigen yang
cukup bagi makhluk hidup yang menghirup udara dengan metabolisme yang aktif....
Dengan memperkirakan seluruh kemungkinan tekanan atmosfer terhadap kandungan
oksigen yang mungkin, menjadi jelas bahwa hanya ada satu wilayah unik... di
mana berbagai kondisi untuk kehidupan terpenuhi.... Ini tentunya hal yang luar
biasa penting bahwa beberapa kondisi menentukan terpenuhi pada sebuah daerah
yang sempit ini dari semua kemungkinan keadaan atmosfer.63
Nilai
numerik dari atmosfer bukan hanya kita perlukan untuk bernapas, namun
menentukan bagi planet Biru kita untuk tetap biru. Jika tekanan atmosfer di
atas permukaan laut jauh lebih kecil dari nilai sekarang, laju penguapan air
akan jauh lebih tinggi. Air yang meningkat dalam atmosfer akan mengakibatkan
"efek rumah kaca" menjebak lebih banyak panas dan meningkatkan suhu
rata-rata bumi. Sebaliknya, jika tekanan jauh lebih tinggi, laju penguapan air
akan turun. (Akibatnya air di laut tetap berada di laut, air di daratan akan
mengalir ke laut), membuat sebagian planet menjadi gurun pasir.
Seluruh
keseimbangan yang diatur dengan tepat ini menunjukkan atmosfer kita telah
dengan sengaja dirancang dengan teliti sehingga memungkinkan kehidupan di bumi.
Ini adalah kenyataan yang ditemukan dengan ilmu pengetahuan dan kembali
menunjukkan kepada kita, bahwa alam semesta bukanlah kumpulan acak materi yang
terjadi secara kebetulan. Tidak diragukan lagi terdapat Pencipta yang mengatur
alam semesta, membentuk materi sesuai kehendak-Nya, menguasai seluruh galaksi,
bintang dan planet di bawah keagungan-Nya.
Kekuasaan
agung, sebagaimana Al Quran menyebutkan kepada kita, adalah milik Allah,
Penguasa seluruh semesta.
Dan planet
Biru tempat kita hidup adalah telah dirancang secara khusus dan
"disempurnakan" oleh Allah bagi manusia sebagaimana disebutkan
dalam Al Quran (QS. An-Naazi'aat, 79: 30). Ada ayat lain mengungkapkan bahwa
Allah telah menciptakan bumi bagi manusia untuk hidup:
"Allah
lah yang manjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan
membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan
sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Mahaagung
Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al Mu'min, 40: 64) !
"Dialah
yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya
dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali
setelah) dibangkitkan." (QS. Al Mulk, 67:15) !
Keseimbangan
yang Memungkinkan Kehidupan
Hal-hal yang
telah kita bahas sejauh ini hanyalah sedikit dari keseimbangan rumit yang
begitu menentukan bagi kehidupan di bumi. Mempelajari bumi, kita dapat menyusun
daftar "faktor yang menentukan bagi kehidupan" sepanjang yang kita
mau. Ahli astronomi Amerika membuat daftarnya sendiri:
Gravitasi di
Permukaan:
- Jika lebih
kuat: atmosfer menahan terlalu banyak amonia dan methana.
- Jika lebih
lemah: atmosfer planet akan terlalu banyak kehilangan air.
Jarak dengan
Bintang Induk (Matahari):
- Jika lebih
jauh: planet akan terlalu dingin bagi siklus air yang stabil.
- Jika lebih
dekat: planet akan terlalu panas bagi siklus air yang stabil.
Ketebalan
Kerak Bumi:
- Jika lebih
tebal: terlalu banyak oksigen berpindah dari atmosfer ke kerak bumi.
- Jika lebih
tipis: aktivitas tektonik dan vulkanik akan terlalu besar.
Periode
Rotasi:
- Jika lebih
lama: perbedaan suhu pada siang dan malam hari terlalu besar.
- Jika lebih
cepat: kecepatan angin pada atmosfer terlalu tinggi.
Interaksi
Gravitasi dengan Bulan:
- Jika lebih
besar: efek pasang-surut pada laut, atmosfer dan periode rotasi semakin
merusak.
- Jika lebih
kecil: perubahan tidak langsung pada orbit menyebabkan ketidakstabilan iklim.
Medan
Magnet:
- Jika lebih
kuat: badai elektromagnetik terlalu merusak.
- Jika lebih
lemah: kurang perlindungan dari radiasi yang membahayakan dari bintang.
Albedo
(Perbandingan antara cahaya yang dipantulkan dengan yang diterima pada
permukaan):
- Jika lebih
besar: zaman es tak terkendali akan terjadi.
- Jika lebih
kecil: efek rumah kaca tak terkendali akan terjadi.
Perbandingan
Oksigen dengan Nitrogen di Atmosfer:
- Jika lebih
besar: fungsi hidup yang maju berjalan terlalu cepat.
- Jika lebih
kecil: fungsi hidup yang maju berjalan terlalu lambat.
Kadar
Karbondioksida dan Uap Air dalam Atmosfer:
- Jika lebih
besar: efek rumah kaca tak terkendali akan terjadi.
- Jika lebih
kecil: efek rumah kaca tidak memadai.
Kadar Ozon
dalam Atmosfer:
- Jika lebih
besar: suhu permukaan bumi terlalu rendah.
- Jika lebih
kecil: suhu permukaan bumi terlalu tinggi; terlalu banyak radiasi ultraviolet.
Aktivitas
Gempa:
- Jika lebih
besar: terlalu banyak makhluk hidup binasa.
- Jika lebih kecil: bahan makanan di dasar laut (yang dihanyutkan aliran
sungai) tidak akan didaur ulang ke daratan melalui peng-angkatan tektonik.64
Ini hanya
sebagian "keputusan rancangan" yang harus dibuat agar kehidupan ada
dan bertahan. Namun sesedikit ini pun cukup untuk menunjukkan bahwa keberadaan
bumi bukan karena kebetulan, tidak juga terbentuk oleh serangkaian kejadian
acak.
Hal tersebut
dan detail lain yang tak berhingga meyakinkan kembali kebenaran yang sederhana
dan murni: Allah dan hanya Allah yang menciptakan alam semesta, bintang,
planet, pegunungan, dan laut dengan sempurna, memberikan kehidupan bagi manusia
dan makhluk hidup lainnya, dan menempatkan ciptaan-Nya di bawah kendali
manusia. Allah dan hanya Allah, sumber pengampunan dan kekuasaan, cukup
berkekuatan untuk menciptakan sesuatu dari kehampaan.
Ciptaan
Allah yang sempurna ini dijelaskan dalam Al Quran sebagai:
"Apakah kamu yang lebih
sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membinanya. Dia meninggikan
bangunannya lalu menyempurnakannya. Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita
dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.
Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.
Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh. (Semua itu) untuk kesenanganmu
dan binatang-binatang ternakmu." (QS. An-Naazi'aat, 79: 27-33) !
BAB VII
RANCANGAN
PADA CAHAYA
Sungguh luar
biasa bahwa radiasi dari matahari (dan dari banyak rangkaian bintang) harus
termampatkan dalam pita spektrum elektromagnetik yang sangat sempit sehingga
memancarkan radiasi yang tepat bagi kesinambungan seluruh kehidupan di bumi.
Ian Campbell, Fisikawan dari Inggris65
Matahari
mungkin sesuatu yang paling sering kita lihat sepanjang hidup kita. Kapan pun
kita menengadahkan muka ke langit di siang hari, kita bisa melihat sinarnya
yang menyilaukan. Jika seseorang bertanya, "Apa manfaat matahari?"
mungkin kita akan menjawab tanpa berpikir sama sekali bahwa matahari memberi
kita cahaya dan panas. Jawaban tersebut, meskipun dangkal, sesungguhnya benar.
Akan tetapi,
apakah matahari hanya "kebetulan saja" memancarkan cahaya dan panas
bagi kita? Apakah ini ketidaksengajaan dan tanpa terencana? Atau apakah
matahari khusus dirancang bagi kita? Mungkinkah bola api yang dahsyat di langit
ini menjadi "lampu" raksasa yang diciptakan untuk memenuhi dengan
tepat kebutuhan kita?
Penelitian
terkini menunjukkan bahwa jawaban untuk dua pertanyaan terakhir adalah
"ya". "Ya", karena pada sinar matahari ada rancangan yang
memicu ketakjuban.
Panjang
Gelombang yang Tepat
Cahaya dan
panas adalah dua perwujudan berbeda radiasi elektromagnetik. Dalam semua
perwujudannya, radiasi elektromagnetik merambat di ruang angkasa dalam
gelombang yang serupa dengan gelombang yang terbentuk ketika sebuah batu
dilemparkan ke danau. Riak air yang terbentuk oleh batu itu dapat memiliki
ketinggian yang berbeda, dan jarak antarpuncak riak mungkin bervariasi pula.
Demikian juga radiasi elektromagnetik, dapat memiliki panjang gelombang yang
berbeda.
PERBEDAAN
PANJANG GELOMBANG RADIASI ELEKTROMAGNET
Bintang-bintang
dan sumber-sumber cahaya lain di alam semesta tidak semuanya memberikan jenis
radiasi yang sama. Sebaliknya, mereka memancarkan energi dalam rentang
panjang gelombang yang luas. Sinar gamma, yang memiliki panjang gelombang
terpendek, hanya 1/1025 dari panjang gelombang radio terpanjang. Cukup aneh,
hampir semua radiasi yang dipancarkan matahari jatuh ke dalam pita tunggal
yang juga 1/1025 dari keseluruhan spektrum. Alasannya adalah bahwa
hanya jenis-jenis radiasi yang penting dan sesuai bagi kehidupan yang jatuh
pada pita sempit ini.
|
Namun,
analogi ini sebaiknya tidak diambil terlalu jauh karena ada perbedaan yang
sangat besar dalam panjang gelombang radiasi elektro-magnetik. Beberapa di
antaranya memiliki panjang beberapa kilometer sedangkan lainnya lebih pendek
dari sepermiliar sentimeter, dan panjang gelombang lain dapat ditemukan pada
spektrum kontinu dan tanpa tersela di antara kedua angka ini. Untuk
mempermudah, para ilmuwan membagi spektrum ini berdasarkan panjang gelombang,
dan mereka memberi nama berbeda bagi setiap bagian. Misalnya, radiasi dengan
panjang gelombang terpendek (sepertriliun sentimeter) disebut "sinar
Gamma"; sinar Gamma memiliki energi yang sangat besar. Panjang gelombang
terpanjang disebut "gelombang radio"; gelombang ini panjangnya
mencapai beberapa kilometer namun membawa energi sangat kecil (karena kandungan
energi ini, gelombang radio sama sekali tidak berbahaya bagi kita, sementara
terpapar sinar Gamma bisa berakibat fatal). Cahaya adalah sebuah bentuk radiasi
elektromagnetik yang terletak di antara kedua ekstrem panjang gelombang
tersebut.
Hal pertama
untuk diperhatikan tentang spektrum elektromagnetik adalah betapa lebarnya
spektrum tersebut: Panjang gelombang terpanjang adalah 1025 kali
ukuran panjang gelombang terpendek. Jika ditulis secara lengkap, 1025
tampak seperti di bawah ini:
10. 000.
000. 000. 000. 000. 000. 000. 000
Angka
sebesar itu tidak berarti dengan sendirinya. Mari kita membuat beberapa
perbandingan.
Misalnya, 4
miliar tahun (perkiraan umur bumi) berarti sama dengan sekitar 1017
detik. Jika Anda ingin menghitung dari 1 sampai 1025, dan
melakukannya dengan kecepatan satu angka per detik tanpa berhenti, siang dan
malam, penghitungan ini akan menghabiskan waktu 100 juta kali lebih lama
daripada umur bumi itu sendiri! Jika kita menyusun tumpukan 1025
lembar kartu, kita akan mendapatkan tumpukan yang meren-tang mencapai separo
alam semesta yang teramati.
Ini
merupakan spektrum sangat lebar yang di dalamnya tersebar panjang gelombang
berbeda-beda dari energi elektromagnetik alam semesta. Sekarang, yang menarik
tentang hal ini adalah bahwa energi elektromagnetik yang diradiasikan oleh
matahari kita berada pada bagian spektrum yang sangat, sangat sempit. Sebanyak
70% radiasi matahari mempunyai panjang gelombang antara 0,3 dan 1,5 mikron, dan
dalam pita sempit tersebut terdapat tiga jenis cahaya: cahaya tampak, cahaya
infra-merah-dekat, dan cahaya ultraviolet.
Tiga jenis
cahaya itu tampaknya sudah cukup, namun gabungan ketiganya merupakan bagian
yang hampir tidak berarti dibandingkan keseluruhan spektrum. Ingat 1025
kartu yang merentang sejauh separo alam semesta? Dibandingkan dengan
seluruhnya, lebar pita cahaya yang diradiasikan matahari sama dengan satu kartu
saja!
Mengapa
cahaya matahari dibatasi pada cakupan yang begitu sempit?
Jawaban
pertanyaan itu sangat penting karena satu-satunya radiasi yang mampu mendukung
kehidupan di bumi adalah radiasi dengan panjang gelombang yang berada dalam
batas sempit ini.
Dalam buku Energy and the Atmosphere, fisikawan dari Inggris, Ian Campbell,
menjawab pertanyaan ini dan menyatakan, "Sungguh luar biasa bahwa radiasi
dari matahari (dan dari banyak rangkaian bintang) harus termampatkan dalam pita
spektrum elektromagnetik yang sangat sempit sehingga memancarkan radiasi yang
tepat bagi kesinambungan seluruh kehidupan di bumi." Menurut Campbell,
situasi ini "menakjubkan".66
Sekarang,
mari kita mencermati "rancangan cahaya yang menakjub-kan" ini.
Dari
Ultraviolet ke Inframerah
Telah
disebutkan, terdapat selisih 1:1025 dalam ukuran panjang gelombang
elektromagnetik terpanjang dan terpendek. Telah disebutkan pula bahwa kandungan
energi bergantung pada panjang gelombang: panjang gelombang lebih pendek
mengandung energi lebih besar daripada panjang gelombang lebih panjang.
Perbedaan lainnya mengenai bagaimana radiasi pada panjang gelombang yang
berbeda berinteraksi dengan materi.
Bentuk-bentuk
radiasi terpendek disebut (dengan urutan panjang gelombang meningkat)
"sinar gamma", "sinar X", dan "sinar ultraviolet".
Semua radiasi ini memiliki kemampuan membelah atom karena kandungan energinya
yang begitu besar. Ketiga radiasi tersebut dapat me-nyebabkan molekul-molekul
khususnya molekul organik terurai. Dam-paknya, ketiga radiasi tersebut
menguraikan materi pada level atom atau molekul.
Radiasi
dengan panjang gelombang lebih panjang daripada cahaya tampak dimulai dari
inframerah, dan melebar hingga gelombang radio. Pengaruh radiasi ini terhadap
materi kurang serius karena energinya tidak terlalu besar.
"Pengaruh
terhadap materi" tersebut berkaitan dengan reaksi kimia. Sejumlah reaksi
kimia yang penting dapat terjadi hanya jika energi ditambahkan pada reaksi
tersebut. Energi yang dibutuhkan untuk memulai reaksi kimia disebut
"ambang batas energi (energy threshold)". Jika energi kurang dari
ambang batas ini, reaksi tidak akan pernah dimulai dan jika energi lebih besar,
tidak ada gunanya: dalam kedua kasus, energi akan terbuang.
Dalam
keseluruhan spektrum elektromagnetik, hanya terdapat satu pita kecil yang
mempunyai energi sesuai dengan ambang batas energi. Panjang gelombangnya
berkisar antara 0,7 mikron dan 0,4 mikron, dan jika Anda ingin melihatnya, Anda
bisa: hanya dengan menengadahkan kepala dan melihat sekeliling, dan ini disebut
"cahaya tampak". Radiasi ini menyebabkan terjadinya reaksi kimia
dalam mata Anda, dan karena itulah Anda dapat melihat.
Radiasi yang disebut sebagai "cahaya-tampak" membentuk 41% cahaya
matahari, meskipun radiasi ini menempati kurang dari 1/1025 dari
keseluruhan spektrum elektromagnetik. Dalam artikelnya yang terkenal,
"Life and Light", pada Scientific American, fisikawan terkenal,
George Wald, mengupas masalah ini dan menulis, "Radiasi yang berguna untuk
memulai reaksi kimia yang teratur terdiri dari sebagian besar radiasi matahari
kita."67 Bahwa
matahari harus meradiasikan cahaya yang begitu tepat untuk kehidupan,
benar-benar merupakan contoh rancangan yang luar biasa.
Hampir
seluruh radiasi matahari termampatkan pada pita sempit panjang gelombang yang
berkisar antara 0,3 sampai 1,5 mikron. Pita ini mencakup sinar
ultraviolet-dekat, cahaya-tampak dan sinar inframerah.
|
Apakah sisa
cahaya yang diradiasikan matahari ada gunanya?
Ketika kita mengamati bagian cahaya ini, kita mendapati bahwa sebagian
besar radiasi matahari yang jatuh di luar rentang cahaya tampak berada pada
bagian spektrum yang disebut "inframerah-dekat". Infra-merah-dekat
dimulai setelah cahaya tampak berakhir dan sekali lagi, meliputi bagian yang
sangat kecil dari keseluruhan spektrum kurang dari 1/1025. 68
Apakah sinar
inframerah berguna? Ya, namun kali ini tidak ada gunanya mengamati sekeliling
karena Anda tidak dapat melihatnya de-ngan mata telanjang. Tetapi, Anda dengan
mudah dapat merasakannya: Kehangatan yang Anda rasakan pada wajah saat
memandang matahari yang bersinar pada musim panas atau musim semi disebabkan
oleh radiasi inframerah dari matahari.
Radiasi
inframerah matahari adalah radiasi yang membawa energi panas, yang menjaga bumi
tetap panas. Radiasi ini juga penting bagi kehidupan seperti halnya cahaya
tampak. Dan yang menarik adalah bahwa matahari kita agaknya diciptakan hanya
untuk melayani kedua tujuan ini, karena kedua jenis cahaya ini menyusun bagian
terbesar matahari.
Dan bagian
ketiga matahari? Apakah bermanfaat?
Anda boleh yakin terhadapnya. Ini adalah "sinar
ultra-violet-dekat" dan membentuk bagian terkecil dari sinar matahari.
Seperti semua sinar ultraviolet, sinar ini berenergi tinggi dan dapat
menyebabkan kerusakan sel hidup. Namun sinar ultraviolet matahari merupakan
jenis "paling kurang berbahaya" karena paling dekat dengan cahaya
tampak. Meskipun paparan berlebihan terhadap sinar ultra-violet matahari telah
terbukti menyebabkan kanker dan mutasi sel, sinar ini memiliki satu manfaat:
Sinar ultraviolet yang berada pada pita begitu sempit in i69 diperlukan
untuk pembentukan vitamin D pada manusia dan binatang bertulang belakang.
(Vitamin D penting untuk pembentukan dan makanan tulang: Tanpa vitamin D tulang
menjadi lunak atau cacat, disebut penyakit rachitis yang terjadi pada
orang-orang yang tidak terkena cahaya matahari dalam waktu yang sangat lama.)
Dengan kata
lain, semua radiasi yang dipancarkan oleh matahari penting bagi kehidupan:
tidak sedikit pun sia-sia. Yang menarik adalah bahwa semua radiasi ini dibatasi
pada cakupan 1/1025 dari keseluruhan spektrum elektromagnetik, namun
cukup untuk menjaga kita tetap hangat, bisa melihat, dan memungkinkan
terjadinya semua reaksi kimia yang diperlukan kehidupan.
Bahkan
kalaupun semua kondisi lain yang diperlukan kehidupan telah ada, jika cahaya yang
diradiasikan matahari jatuh pada bagian lain spektrum elektromagnetik, maka
tidak akan ada kehidupan di atas bumi ini. Sangat tidak mungkin menjelaskan
terpenuhinya persyaratan ini, yang memiliki kemungkinan 1 banding 1025,
dengan logika kebetulan.
Dan kalau
semua ini belum cukup, cahaya melakukan hal lain: cahaya juga memungkinkan kita
kenyang!
Fotosintesis
dan Cahaya
Fotosintesis
adalah sebuah proses kimia yang namanya dikenal hampir oleh semua orang yang
pernah bersekolah. Tetapi, kebanyakan orang tidak menyadari betapa sangat
pentingnya proses ini bagi kehidupan di atas bumi, atau misteri apa yang ada di
dalam proses ini.
Pertama,
mari kita lupakan ilmu kimia SMU kita, dan perhatikan rumus reaksi fotosintesis
ini:
6H2O
+ 6CO2 + cahaya matahari Z C6H12O6
+ 6O2 Glukosa
Artinya: Air
dan karbondioksida dan cahaya matahari menghasilkan gula dan oksigen.
Secara lebih
terperinci, yang terjadi dalam reaksi kimia ini adalah, enam molekul air (H2O)
bergabung dengan enam molekul karbondioksida (CO2) dalam reaksi yang
mendapatkan energi dari sinar matahari. Saat reaksi selesai, hasilnya adalah
sebuah molekul glukosa (C6H12O6), gula
sederhana yang merupakan elemen makanan yang penting, dan enam molekul gas
oksigen (O2). Sebagai sumber semua makanan di planet kita, glukosa
mengandung energi yang sangat besar.

Selama ratusan juta tahun, tumbuh-tumbuhan sibuk melakukan sesuatu yang tidak
dapat ditiru laboratorium mana pun: menggunakan cahaya matahari, mereka
menghasilkan makanan. Tetapi persyaratan penting untuk transformasi luar
biasa ini adalah bahwa cahaya yang diterima tumbuh-tumbuhan harus tepat untuk
berlangsungnya fotosintesis.
|
Walaupun
reaksi ini tampaknya sederhana, ternyata sangat rumit. Hanya ada satu tempat di
mana reaksi ini terjadi: pada tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan di dunia ini
menghasilkan makanan dasar bagi semua makhluk hidup. Setiap makhluk hidup
lainnya pada akhirnya mendapat asupan glukosa dengan berbagai cara. Binatang
herbivora memakan tumbuh-tumbuhan secara langsung, dan binatang karnivora
memakan tumbuh-tumbuhan dan/atau binatang lain. Manusia tidak terkecuali:
Energi kita dihasilkan dari makanan yang kita makan dan berasal dari sumber
yang sama. Apel, kentang, coklat, atau steak, atau apa pun yang Anda makan
memberikan energi yang berasal dari matahari.
Akan tetapi,
fotosintesis penting untuk alasan lain. Reaksi ini meng-hasilkan dua produk: Di
samping glukosa, reaksi ini juga melepaskan enam molekul oksigen. Yang terjadi
di sini adalah bahwa tumbuh-tumbuhan selalu membersihkan atmosfer yang
terus-menerus "terpolusi" oleh makhluk bernapas manusia dan binatang,
yang energinya berasal dari pembakaran dengan oksigen, sebuah reaksi yang
menghasilkan karbondioksida. Jika tumbuh-tumbuhan tidak melepaskan oksigen,
penghirup oksigen akhirnya akan menghabiskan semua oksigen dalam atmosfer, dan
ini akan menjadi akhir bagi makhluk-makhluk tersebut. Alih-alih, oksigen di
atmosfer secara terus-menerus diperbarui oleh tumbuh-tumbuhan.
Tanpa
fotosintesis, kehidupan tumbuh-tumbuhan tidak akan ada; dan tanpa kehidupan
tumbuh-tumbuhan, tidak akan ada kehidupan binatang atau manusia. Reaksi kimia
yang mengagumkan ini, yang belum pernah ditiru laboratorium mana pun, terjadi
pada rerumputan yang Anda injak, dan pada pepohonan yang mungkin bahkan tidak
pernah Anda tengok. Ini juga pernah terjadi pada sayuran di atas piring makan
malam Anda. Ini merupakan salah satu proses dasar kehidupan.
Yang menarik
adalah betapa cermatnya rancangan proses fotosin-tesis ini. Ketika kita
mempelajarinya, tidak akan luput dari pengamatan kita bahwa ada keseimbangan
yang sempurna antara fotosintesis tumbuh-tumbuhan dan penggunaan energi oleh
penghirup oksigen. Tanaman menyediakan glukosa dan oksigen. Penghirup oksigen
membakar glukosa dengan oksigen di dalam sel-sel mereka untuk mendapatkan
energi dan melepaskan karbondioksida dan air (dengan kata lain, mereka
membalikkan reaksi fotosintesis) yang digunakan tumbuh-tumbuhan untuk membuat
lebih banyak glukosa dan oksigen. Dan demikianlah proses ini berlangsung,
sebuah siklus berkesinambungan yang disebut "siklus karbon", dan
siklus ini digerakkan oleh energi dari matahari.
Untuk
melihat betapa sempurnanya siklus ini diciptakan, mari kita pusatkan sesaat
perhatian kita hanya pada salah satu unsur siklus tersebut: sinar matahari.
Pada bagian
pertama bab ini, kita membahas cahaya matahari, dan mendapati bahwa komponen
radiasinya dirancang secara khusus untuk memungkinkan kehidupan di bumi.
Mungkinkah matahari sengaja dirancang juga untuk fotosintesis? Atau apakah
tumbuh-tumbuhan cukup fleksibel sehingga dapat melangsungkan reaksi ini tanpa
peduli cahaya apa pun yang mengenainya?
Ahli
astronomi Amerika, George Greenstein membahasnya dalam The Symbiotic Universe:
Klorofil
adalah molekul yang melangsungkan fotosintesis… Mekanisme fotosintesis dimulai
dengan penyerapan cahaya matahari oleh molekul klorofil. Namun agar
fotosintesis terjadi, cahaya yang diterima harus berupa warna yang sesuai.
Cahaya dari warna yang salah tidak akan menghasilkan keajaiban ini.
Analogi yang bagus adalah sebuah televisi. Agar TV
menerima saluran (gelombang) yang dikehendaki, TV harus ditala pada saluran
tersebut: Talakan TV pada saluran yang berbeda, maka tidak akan terjadi
penerimaan. Ini sama dengan fotosintesis, dalam analogi ini matahari berfungsi
sebagai transmiter dan molekul klorofil sebagai TV. Jika molekul dan cahaya
matahari tidak saling sesuai- disesuaikan dalam hal warna-fotosintesis tidak
akan terjadi. Kenyataannya, warna matahari sudah tepat. 70
Pada bab
terakhir, kami menunjukkan kesalahan pada gagasan tentang kemampuan kehidupan
untuk beradaptasi. Sebagian evolusionis berpendapat bahwa "kalau kondisi
berbeda, kehidupan juga akan berevolusi agar sesuai sempurna dengan keadaan
tersebut". Berpikir secara dangkal tentang fotosintesis dan tumbuhan,
seseorang bisa saja sampai pada kesimpulan serupa: "Andaikan cahaya
matahari berbeda, tumbuhan akan berevolusi sesuai dengannya". Namun kenyataannya
ini tidak mungkin.
Meskipun dia
sendiri seorang evolusionis, George Greenstein mengakui bahwa:
Orang mungkin berpikir bahwa suatu adaptasi telah
terjadi: adaptasi kehidupan tumbuh-tumbuhan terhadap sifat cahaya matahari.
Bagaimanapun, andaikan matahari memiliki suhu berbeda dengan suhunya saat ini,
bisakah molekul lain yang beradaptasi untuk menyerap cahaya dengan warna
berbeda menggantikan klorofil? Cukup jelas jawabannya adalah tidak, sebab dalam
batasan luas, seluruh molekul menyerap cahaya dari warna yang sama. Penyerapan
cahaya dilakukan melalui eksitasi elektron dalam molekul ke keadaan energi yang
lebih tinggi, dan hal yang sama terjadi pada molekul mana pun. Lebih lanjut,
cahaya tersusun dari foton, paket-paket energi, dan foton dengan energi yang
salah sama sekali tidak dapat diserap.... Sebagai-mana kenyataannya, terdapat
kesesuaian yang sempurna antara sifat fisika bintang dan molekul. Andaikan
kesesuaian tersebut tidak ter-penuhi, tentu saja, tidak mungkin terdapat
kehidupan.71
KESESUAIAN
CAHAYA MATAHARI DAN KLOROFIL
Tumbuhan
mampu melakukan fotosintesis karena molekul klorofil dalam selnya sensitif
terhadap cahaya matahari. Namun klorofil hanya mampu menggunakan kisaran
panjang gelombang yang sangat terbatas, dan kisaran panjang gelombang
tersebut adalah yang diradiasikan matahari paling kuat. Yang lebih menarik
adalah kisaran ini hanya setara dengan 1/1025 dari keseluruhan spektrum
elektromagnetik.
Pada dua
grafik di atas, kesesuaian yang luar biasa antara cahaya matahari dengan
klorofil dapat terlihat. Diagram paling atas adalah diagram yang menunjukkan
distribusi cahaya yang dipancarkan oleh matahari. Diagram bawah adalah
diagram yang menunjukkan cahaya yang memungkinkan fotosintesis berlangsung.
Kenyataan bahwa kedua kurva ini hampir serupa menunjukkan bagaimana
sempurnanya rancangan pada cahaya tampak.
|
Secara
singkat, yang dikatakan Greenstein adalah: Tidak ada tumbuhan yang mampu
melakukan fotosintesis kecuali dalam batas yang sangat sempit dari panjang
gelombang cahaya. Dan batasan tersebut persis dengan cahaya yang diberikan oleh
matahari.
Keharmonisan
antara sifat fisika bintang dan molekul klorofil yang dimaksud Greenstein
adalah sebuah keharmonisan yang terlalu luar biasa untuk dijelaskan sebagai
kebetulan. Hanya terdapat satu peluang dari 1025 kemungkinan bahwa
matahari akan menyediakan jenis cahaya yang penting bagi kita, dan harus
terdapat molekul dalam dunia kita yang mampu memanfaatkan cahaya itu.
Keharmonisan sempurna ini merupakan bukti nyata rancangan yang disengaja dan
direncanakan.
Dengan kata
lain, terdapat Pencipta tunggal, Pengatur cahaya matahari dan molekul
tumbuh-tumbuhan, yang telah menciptakan keduanya dalam keharmonisan, sesuai
dengan yang diungkapkan di dalam Al Quran:
"Dialah
Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai
Nama-Nama yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya yang ada di langit dan yang
ada di bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (QS. Al Hasyr,
59: 24) !
Cahaya pada
Mata Anda
Kita telah
mengamati bagaimana cahaya matahari yang hanya terdiri dari tiga berkas sempit
spektrum elektromagnetik sampai kepada kita:
1. Cahaya inframerah, dengan panjang gelombang lebih
panjang daripada cahaya-tampak dan yang menjaga bumi tetap hangat.
2. Sejumlah kecil cahaya ultraviolet, dengan panjang
gelombang lebih pendek daripada cahaya tampak dan salah satu manfaatnya untuk
pembentukan vitamin D.
3. Cahaya
tampak, yang memungkinkan penglihatan dan mendukung tumbuhan berfotosintesis.
Keberadaan
"cahaya tampak" penting untuk penglihatan biologis di samping untuk
proses fotosintesis. Alasannya adalah, tidak mungkin bagi mata biologis untuk
melihat pita spektrum mana pun di luar spektrum cahaya-tampak dan sedikit
inframerah-dekat.
Untuk menerangkan mengapa harus seperti itu, pertama-tama kita perlu
memahami bagaimana proses melihat terjadi. Proses ini dimulai dari partikel
cahaya yang disebut "foton" yang melalui pupil mata, dan menimpa
permukaan retina yang terletak di bagian belakang mata. Retina mengandung sel
yang sensitif terhadap cahaya. Sel tersebut begitu sensitif sehingga setiap sel
dapat mengenali sekalipun hanya sebuah fo-ton yang menimpa retina. Energi foton
mengaktifkan "rhodopsin", suatu molekul kompleks yang banyak
terkandung dalam sel retina. Selanjutnya rhodopsin mengaktifkan sel-sel lain,
dan sel lain tersebut pada gilirannya mengaktifkan sel yang lain lagi.72 Akhirnya
arus listrik dibangkitkan dan diantarkan ke otak oleh syaraf optik.
Persyaratan
pertama agar sistem ini bekerja adalah sel retina tersebut harus mampu
mengenali foton ketika menimpanya. Agar terjadi, foton harus membawa jumlah
energi yang sesuai: Jika energi tersebut terlalu banyak atau kurang, foton
tidak akan mengaktifkan susunan rhodopsin. Mengubah ukuran mata tidak ada
pengaruhnya; yang penting adalah keserasian antara ukuran sel dan panjang
gelombang foton yang masuk.

Hanya sinar cahaya yang sesuai untuk penglihatan biologis yang memiliki
panjang gelombang yang jatuh dalam batas yang disebut "visible
light." Bagian yang luas dari energi yang dipancarakan oleh matahari
jatuh pada batas tersebut.
|
Merancang
mata organik yang dapat melihat bagian lain spektrum elektromagnetik ternyata
tidak mungkin di dalam dunia yang didominasi oleh kehidupan yang berbasis
karbon. Dalam Nature's Destiny, Michael Denton membahas hal ini secara
terperinci dan menyetujui bahwa mata organik hanya dapat melihat dalam kisaran
spektrum cahaya tampak. Sementara model mata lain yang, secara teoritis, dapat
dirancang, tidak ada satu pun yang dapat melihat kisaran spektrum lain. Denton
mengungkapkan alasannya:
Sinar UV, X, dan sinar Gamma terlalu berenergi dan
sangat merusak, sedangkan inframerah dan gelombang radio terlalu lemah untuk
dideteksi karena energi mereka untuk berinteraksi dengan materi terlalu
kecil.... Jadi akan jelas bahwa untuk beberapa alasan berbeda, bagian tampak
spektrum elektromagnetik merupakan bagian yang sangat sesuai untuk penglihatan
biologis, dan terutama untuk mata-kamera vertebrata yang beresolusi tinggi dan
yang memiliki rancangan dan bentuk sangat mendekati mata manusia.73
Setelah jeda
untuk memikirkan apa yang telah dijelaskan sejauh ini, kita sampai pada
kesimpulan ini: Matahari memancarkan energi dalam pita sempit (begitu sempit,
hanya selebar 1/1025 saja dari keseluruhan spektrum elektromagnetik)
yang telah dipilih secara hati-hati. Begitu tepat pita ini disesuaikan sehingga
menjaga dunia tetap hangat, mendukung fungsi biologis bentuk-bentuk kehidupan
yang kompleks, me-mungkinkan fotosintesis, dan memungkinkan makhluk hidup di
dunia ini untuk melihat.
Bintang yang
Tepat, Planet yang Tepat, dan Jarak yang Tepat
Dalam bab
"planet Biru", kita membandingkan dunia kita dengan planet-planet
lain dalam tata surya, dan mendapati bahwa rentang suhu yang penting untuk
keberadaan kehidupan hanya terdapat di bumi. Alasan utama untuk ini adalah bahwa
jarak bumi dari matahari sangat tepat: planet-planet luar seperti Mars,
Jupiter, atau Pluto terlalu dingin sedangkan planet-planet dalam Venus dan
Merkurius terlalu panas.
Mereka yang
menolak mengakui bahwa terdapat rancangan yang disengaja pada jarak antara bumi
dengan matahari berkilah sebagai berikut:
Alam semesta
dipenuhi dengan bintang, beberapa di antara bintang tersebut lebih besar
daripada matahari dan beberapa di antaranya lebih kecil. Bintang-bintang
tersebut bisa saja mempunyai sistem planet sendiri. Jika sebuah bintang lebih
besar dari matahari, maka planet yang ideal untuk kehidupan akan terletak lebih
jauh dari jarak bumi dengan matahari. Contohnya, sebuah planet dalam orbit
sebuah raksasa-merah berjarak sama dengan Pluto mungkin saja memiliki iklim
seperti bumi kita. Planet seperti itu akan sesuai untuk kehidupan seperti
halnya bumi kita.
Pernyataan
tersebut tidak berlaku karena justru mengabaikan fakta bahwa bintang-bintang
berbeda ukuran meradiasikan jenis energi yang berbeda.
Faktor-faktor
yang menentukan panjang gelombang energi yang diradiasikan oleh bintang adalah
ukuran dan suhu permukaannya (faktor suhu permukaan secara langsung berhubungan
dengan ukuran). Misalnya, matahari meradiasikan cahaya ultraviolet-dekat,
cahaya tampak, dan inframerah-dekat karena suhu permukaannya sekitar 6.000oC.
An-daikan matahari sedikit lebih besar, suhu permukaannya akan lebih besar; dan
jika demikian, tingkat energi radiasi matahari juga akan lebih besar dan
matahari akan jauh lebih banyak meradiasikan sinar ultraviolet yang merusak
daripada sekarang ini.
Ini
menunjukkan bahwa untuk meradiasikan cahaya yang akan mendukung kehidupan,
bintang mana pun harus memiliki ukuran yang dekat dengan matahari kita. Namun,
kalaupun dalam orbit bintang-bintang seperti itu terdapat planet-planet yang
mendukung kehidupan, planet-planet tersebut harus terletak pada jarak yang
tidak berbeda dengan jarak bumi dan matahari.
Dengan kata
lain, raksasa merah, raksasa biru, atau bintang apa pun yang berbeda ukuran
dengan matahari, tidak mempunyai planet yang dapat menampung kehidupan. Sumber
energi yang mampu menunjang kehidupan hanya bintang seperti matahari kita.
Satu-satunya jarak planet yang sesuai untuk kehidupan hanya jarak antara bumi
dengan matahari.
Terdapat
cara lain untuk mengungkapkan kebenaran ini: Matahari dan bumi diciptakan
sesuai dengan seharusnya. Dan sesungguhnya, dalam Al Quran diungkapkan bahwa
Allah menciptakan segala sesuatu berdasarkan perhitungan yang teliti:
"Dia
menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (manjadikan)
matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Mahaperkasa
lagi Maha Mengetahui.' (QS. Al An'aam, 6: 96) !
Keserasian
Cahaya dan Atmosfer
Sejak awal
bab ini, telah kita bahas radiasi yang dipancarkan matahari dan bagaimana
matahari dirancang secara khusus untuk mendukung kehidupan. Masih terdapat
faktor penting lain yang belum kita singgung: Agar radiasi ini mampu mencapai
permukaan bumi, radiasi harus melewati atmosfer.
Matahari kita mempunyai temperatur permukaan sekitar 6.000oC.
Andaikan temperatur permukaan sedikit lebih besar atau kecil, cahaya yang
dihasilkan tidak akan mampu mendukung kehidupan.
|
Sinar
matahari tentu saja tidak memberikan manfaat jika atmosfer tidak membiarkannya
menembus. Namun ini terjadi; bahkan, atmosfer kita dirancang khusus agar mudah
tembus bagi radiasi yang menguntungkan ini.
Yang menarik
bukan bagaimana atmosfer memungkinkan cahaya matahari yang menguntungkan
melewatinya, melainkan kenyataan bah-wa hanya cahaya matahari yang dibiarkan
tembus. Atmosfer membiarkan masuk cahaya tampak dan inframerah-dekat yang
penting bagi kehidupan namun menahan radiasi lain yang mematikan. Akibatnya,
atmosfer menjadi penyaring penting terhadap radiasi kosmik yang mencapai bumi
dari matahari dan sumber lain. Denton menyatakan:
Gas-gas dalam atmosfer itu sendiri menyerap radiasi
elektromagnetik selain cahaya tampak dan inframerah-dekat.... Dari seluruh
radiasi elektromagnetik, dari gelombang radio hingga sinar gamma, satu-satunya
bagian spektrum yang diperbolehkan melewati atmosfer merupakan berkas yang
sangat sempit yang mencakup cahaya tampak dan inframerah-dekat. Nyaris tidak
terdapat radiasi gamma, X, ultraviolet, inframerah-jauh, dan gelombang mikro
yang mencapai permukaan bumi.74
Tidak
mungkin mengabaikan keahlian rancangan ini. Matahari memancarkan hanya 1/1025
dari keseluruhan selang radiasi elektromagnetik yang mungkin dipancarkan, yang
kebetulan merupakan kisaran yang sesuai hanya untuk kita, dan radiasi itulah
yang dibiarkan lewat oleh atmosfer! Sampai di sini juga perlu dijelaskan bahwa
hampir semua ultraviolet-dekat yang dipancarkan matahari terperangkap lapisan
ozon atmosfer.
Meskipun menghalangi semua bentuk radiasi lainnya, air membiarkan
cahaya-tampak menembus bermeter-meter kedalamannya. Akibatnya,
tumbuh-tumbuhan di dalam laut mampu melakukan fotosintesis. Andaikan air
tidak memiliki sifat ini, keseimbangan ekologi yang penting bagi kehidupan di
planet kita tidak dapat terjadi.
|
Satu hal
lagi yang membuat radiasi elektromagnetik ini bahkan lebih menarik adalah,
seperti halnya udara, air juga memiliki ketertembusan yang sangat khusus:
Satu-satunya radiasi yang mampu menyebar melalui air adalah bagian cahaya
tampak. Bahkan radiasi infra-merah-dekat, yang menembus atmosfer (dan yang
menyediakan pa-nas), menembus hanya beberapa milimeter ke dalam air. Karena
itulah, hanya beberapa milimeter permukaan lautan yang dipanaskan oleh radiasi
dari matahari. Panas ini secara bertahap dibawa ke kedalaman dan sebagai
hasilnya, pada kedalaman tertentu, temperatur air laut hampir sama di seluruh
dunia. Tentu saja ini menciptakan lingkungan yang sangat sesuai bagi kehidupan.
Hal lain
yang menarik tentang air adalah bahwa warna yang berbeda dari cahaya tampak
mampu menembus jarak yang berbeda dalam air. Lebih dari delapan belas meter,
misalnya, cahaya merah tidak mampu menembus, sedangkan cahaya kuning mampu
mencapai kedalaman seratus meter. Di lain pihak, cahaya biru dan hijau menembus
sampai 240 meter. Ini merupakan rancangan yang sangat penting karena cahaya
yang justru sangat penting bagi proses fotosintesis adalah cahaya biru dan
hijau. Karena air memungkinkan warna-warna ini menembus lebih dalam daripada
cahaya lain, tumbuh-tumbuhan yang berfotosintesis dapat hidup sampai 240 meter
di bawah permukaan.
Ini semua
merupakan fakta yang paling penting. Hukum fisika apa pun yang berhubungan
dengan cahaya yang kita amati, kita mendapati bahwa segala sesuatunya telah
diatur dengan tepat agar kehidupan dapat terwujud. Mengomentari situasi ini,
Encyclopedia Britannica mengakui betapa luar biasanya semua itu:
Ketika memikirkan pentingnya cahaya-tampak dari
matahari bagi semua aspek kehidupan di bumi, tak pelak seseorang akan
dicengangkan oleh celah yang begitu sempit pada penyerapan atmosfer dan pada
spektrum penyerapan air.75
Kesimpulan
Filosofi
materialis dan Darwinisme, yang bersumber pada materialisme, keduanya
menganggap bahwa kehidupan manusia muncul di alam semesta hanya kebetulan dan
bahwa "kebetulan" tersebut tanpa disertai tujuan apa pun. Namun
pengetahuan yang dicapai melalui kemajuan ilmu alam menunjukkan bahwa dalam
setiap detail alam semesta, terdapat rancangan dan perencanaan dengan tujuan
akhir kehidupan manusia. Rancangan yang demikian "tepat", sehingga
bahkan satu unsur seperti cahaya, yang mungkin tidak pernah kita pikirkan
sebelumnya, pasti akan menimbulkan ketakjuban.
Menyatakan
dan menjelaskan rancangan seteliti itu sebagai suatu kebetulan tidaklah masuk
akal. Kenyataan bahwa semua radiasi matahari termampatkan pada pita spektrum
sempit, hanya 1/1025 dari total spektrum elektromagnetik, kenyataan
bahwa cahaya yang penting bagi kehidupan tepat berada dalam pita spektrum
sempit tersebut, kenyataan bahwa atmosfer menghalangi panjang gelombang radiasi
yang lain dan melewatkan hanya panjang gelombang pada bagian tersebut,
kenyataan bahwa air juga menghalangi semua bentuk radiasi yang mema-tikan
lainnya dan hanya melewatkan cahaya-tampak: Mungkinkah semua itu benar-benar
kebetulan? Kesesuaian luar biasa seperti ini dapat dijelaskan bukan dengan
kebetulan, namun dengan rancangan yang disengaja. Ini pada gilirannya
menunjukkan kepada kita bahwa seluruh alam semesta beserta seluruh detailnya-
termasuk sinar matahari yang memungkinkan kita melihat dan menjaga kita tetap
hangat secara khusus telah diciptakan dan diperuntukkan bagi kita untuk hidup.
Kesimpulan
yang dicapai oleh sains merupakan sebuah kebenaran yang telah diajarkan dalam
Al Quran selama empat belas abad kepada umat manusia. Ilmu alam menunjukkan
bahwa cahaya matahari telah diciptakan untuk kita, dengan kata lain, cahaya
matahari telah diciptakan untuk "melayani kita". Dalam Al Quran
difirmankan bahwa: "Matahari dan bulan (beredar) menurut
perhitungan." (QS. Ar-Rahmaan, 55: 5).
Dalam ayat
lain disebutkan:
"Allah-lah
yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit,
kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi
rezeki untukmu.... Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan
yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam
dan siang. Dan Dia telah memberimu (keperluanmu) dari segala yang kamu mohonkan
kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Se-sungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat
mengingkari (nikmat Allah)." (QS Ibrahim, 14: 32-34) !